Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fokus Pembenahan Internal, BTN Pasang Target Pesimistis 2020

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. memasang target kredit cukup pesimistis pada 2020. Pasalnya, target tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi pada tahun ini.
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang utama PT Bank Tabungan Negara Tbk, Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Karyawan melayani nasabah di kantor cabang utama PT Bank Tabungan Negara Tbk, Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. memasang target kredit cukup pesimistis pada 2020. Pasalnya, target tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi pada tahun ini.

Kepastian tersebut dikonfirmasi oleh Direktur Finance, Treasury, & Strategy BTN Nixon L Napitupulu. Menurutnya, target kredit perseroan pada 2020 ada di kisaran 6%-8%.

"RBB [Rencana Bisnis Bank] kami turun, kredit pertumbuhannya cuma 6%-8%, kami akan lebih ke konsolidasi, perbaikan kualitas, plus likuiditas dibenarkan sampai LDR [loan to deposit ratio] membaik," kata Nixon di Kompleks DPR RI, Jakarta, Senin (25/11/2019).

Sebagai catatan, pada 2019 bank pelat merah itu memasang target pertumbuhan kredit hingga 15%-16%. Target itu sudah berubah dari proyeksi di RBB awal tahun sebesar 17%. Bahkan, belakangan target itu dikoreksi hingga 10% pada tahun ini.

Koreksi target dilakukan karena BTN melihat ada penurunan permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) nonsubsidi. Kemudian, perseroan lebih selektif dan fokus pada pertumbuhan kredit berkualitas pada segmen properti bersubsidi hingga akhir tahun.

Tidak hanya target kredit, BTN juga memangkas proyeksi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada 2020 hanya sebesar 6%-8%. Kemudian, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perseroan diproyeksi mampu turun hingga di bawah 3%.

Pada kesempatan yang sama, BTN mengklaim sudah menurunkan imbal hasil hingga total 25 basis poin (bps). "DPR pada ngeluh kenapa transmisinya [suku bunga kredit] lama. Jawabannya kan simpel, lah depositonya 3-6 bulan. Kedua likuiditasnya ketat, apa yang mau diturunkan kalau likuiditasnya enggak ada," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper