Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

India-Malaysia Renggang, Peluang bagi Perbankan Biayai Industri Berbasis Sawit

Renggangnya hubungan dagang Malaysia dan India dapat dioptimalkan oleh perbankan tanah air dengan mendorong debiturnya ekspansi ke negeri Bollywood itu.
Seorang pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di dalam sebuah pabrik minyak sawit di Sepang, di luar Kuala Lumpur, Malaysia. / REUTERS - Samsul Said
Seorang pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di dalam sebuah pabrik minyak sawit di Sepang, di luar Kuala Lumpur, Malaysia. / REUTERS - Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA – Perbankan Indonesia dapat meningkatkan pembiayaan pada sektor kelapa sawit karena terbukanya kesempatan peningkatan ekspor ke India.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira industri perbankan dapat menahan perlambahan kredit sektor agribisnis dengan menggarap segmen yang potensial.

"Prospek sektor pertanian pada awal tahun ini harusnya membaik karena ada kesempatan Indonesia mengekspor [produk olahan] sawit lebih besar ke India setelah hubungannya renggang dengan Malaysia. Momentum ini bisa dilakukan bank dengan genjot kreditnya," kata Bhima, Jumat (31/1/2019).

Malaysia merupakan negara pengekspor crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Bersaing dengan Indonesia di urutan kedua. Sementara India merupakan salah satu negara pengimpor CPO terbesar di dunia. India dan Malaysia mengalami pemburukan hubungan dagang setelah perdana menteri Malaysia Mahathir Muhammad mengkritik undang-undang baru di India yang berbasis agama. Kritik itu membuat India membatasi pembelian minyak sawit dari Malaysia.

Meski terdapat peluang, Bhima mengingatkan industri keuangan tidak ekspansif berlebihan dalam pembiayaan sektor agribisnis. Saat ini perlambatan kredit agribisnis disebabkan oleh harga sejumlah komoditas pertanian yang rata-rata rendah. Secara global, industri makanan minuman sebagai hilir tengah mengalami tekanan kuat terutama sebagai dampak kebijakan perang tarif masuk antara China dan Amerika Serikat serta keluarnya Inggris dari zona ekonomi Eropa yang menciptakan ketidakpastian.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, penyaluran kredit ke sektor agribisnis tercatat sebesar Rp370,33 trilun per November 2019 atau tumbuh 4,35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sejak 2016, pertumbuhan kredit agribisnis tercatat tumbuh dikisaran 11%. Pada 2018 misalnya, kredit agribisnis yang disalurkan perbankan sebesar Rp354,88 triliun atau tumbuh 11,82% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper