Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Global Mendera, BTN Pasang Target Konservatif

BTN memasang target konservatif pertumbuhan kredit di level 10 persen
Aktivitas layanan nasabah di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk  (BTN), di Jakarta, Rabu (2/1/2018)./Bisnis-Dedi Gunawan
Aktivitas layanan nasabah di kantor PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), di Jakarta, Rabu (2/1/2018)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. memilih langkah hati-hati di Tahun Tikus Logam mengingat kondisi geopolitik dan ekonomi yang masih belum menentu. Kendati demikian, perseroan tetap berfokus di sektor perumahan yang memiliki dampak positif lanjutan ke perekonomian Indonesia.

Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury menuturkan tahun 2019 bukan merupakan era yang mudah. Berbagai faktor telah membuat ekonomi global bergejolak yang berdampak pada ekonomi nasional dan masih terus berlanjut di 2020. Perusahaan pun menerapkan rencana bisnis yang lebih hati-hati pada tahun kabisat ini.

“Tahun ini kami memasang target konservatif pertumbuhan kredit di level 10 persen. Pasalnya, kami masih terus memantau perkembangan ekonomi global dan nasional, serta daya beli masyarakat pada 2020,” katanya Pahala dalam BTN Market Outlook 2020, Senin (3/1/2020).

Pahala menjelaskan, dalam dua tahun terakhir berbagai peristiwa telah meningkatkan ketidakpastian, seperti dagang antara Amerika dan China yang kesepakatannya sampai pada fase pertama.

Ada juga masa depan Inggris yang masih dipertanyakan usai resmi hengkang dari Brexit. Ketegangan antara Amerika dan Iran yang terus memanas, hingga penyebaran virus Corona yang diproyeksi menyebabkan Tiongkok akan kehilangan momentum untuk tumbuh lebih tinggi.

Pahala berpendapat kondisi perekonomian global tersebut belum mampu mendorong volume perdagangan global, yang pada akhirnya membuat harga komoditas yang masih menjadi andalan ekonomi Tanah Air belum terakselerasi.

Adapun BTN, dia melanjutkan, akan memaksimalkan penggarapan sektor perumahan di berbagai sentra ekonomi daerah di Tanah Air. Namun, tetap memerhatikan perkembangan di daerah itu, terutama yang terdampak penurunan harga komoditas.

Fokus perseroan pada sektor perumahan juga dinilai Pahala sejalan dengan masifnya pembangunan infrastruktur di seluruh nusantara. Langkah perseroan mempertahankan fokus ke perumahan juga digelar mengingat sektor ini memiliki multiplier effect bagi 170 industri terkait lainnya.

Sektor perumahan pun dipandang masih memiliki ruang gerak yang cukup luas di Indonesia. Pasalnya, gap antara kebutuhan rumah baru dengan kapasitas bangun para pengembang masih tinggi. Belum lagi, masih banyak Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan di bawah MBR yang unbankable.

“Kontribusi sektor perumahan terhadap PDB [Produk Domestik Bruto] Indonesia baru mencapai 3 persen, artinya masih besar peluang untuk mengakselerasi industri ini. Apalagi sektor ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang,” tutur Pahala.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper