Bisnis.com, JAKARTA - Pengambilalihan PT Bank Permata Tbk. oleh Bangkok Bank ditargetkan rampung pada 3 Mei 2020.
Terbaru, dalam laporan Discovery Management Bangkok Bank, bank asal negeri Gajah Putih ini melihat potensi untuk meleburkan aset, termasuk modal di kantor cabang di Indonesia, ke Bank Permata.
Hal ini diperkirakan bakal memperbesar daya tawar Bangkok Bank untuk dapat akuisisi dalam satu aksi.
"Bangkok Bank berencana untuk menggabungkan operasinya dari cabang-cabang di Indonesia ke Bank Permata setelah transaksi. Dengan demikian Bangkok Bank dapat mengambil manfaat dari skala ekonomi yang lebih besar dengan Bank Permata dan secara efektif mampu mengelola redundansi dan karyawan kantor cabang," papar laporan tersebut.
Ketika dihubungi, Marolop Alfred Nainggolan, Kepala Riset Praus Capital menyebutkan proses akuisisi Bank permata saat ini mirip dengan pencaplokan PT Bank Ekonomi Raharja oleh HSBC Bank.
"Prosesnya cukup mirip dan ada keumungkinan besar Bangkok Bank tetap dapat melakukan akuisisi saham dalam satu aksi seperti prospektusnya," katanya, Jumat (6/3/2020).
Baca Juga
Hanya saja, dia menjelaskan Bangkok Bank tidak hanya akan membeli saham milik Standard Charterd Bank dan Astra Group, tetapi juga saham floating milik masyarakat yang ada. Jika saham masyarakat sudah dibeli, maka Bangkok Bank bisa memasukkan aset kantor cabangnya.
"Jika itu terlaksana, artinya Bank Bangkok saat ini sedang membicarakan harga untuk tender offer. Mungkin harga tawaran adalah sekitar 1,7 dari nilai buku, sama seperti harga pembelian saham sebelumnya," katanya.
Dengan skema tersebut, menurut Alfred, Bangkok Bank akan kembali menyuntikkan modal ke Bank Permata dan langsung membuat Bank Permata masuk ke kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV pada tahun ini.
"Bank Permata saat ini memiliki modal sekitar Rp23,2 triliun lalu ditambah dengan modal di kantor cabang yang tercatat Rp5,5 triliun. Maka, akan butuh sedikit lagi tambahan modal untuk membuat bank ini tembus ke BUKU IV, sepertinya langsung tahun ini," katanya.
Dihubungi terpisah, Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara Doddy Ariefianto mengatakan negosiasi yang cukup alot tentu akan terjadi dalam proses ini.
Dia mengatakan otoritas pengawas tentu memiliki banyak pertimbangan dalam meloloskan rencana Bangkok Bank untuk menjadi pemegang saham pengendali (PSP) di Bank Permata.
"Aturan yang berlaku ada, tetapi OJK memiliki ruang untuk memberikan pertimbangannya, baik dalam hal mempercepat konsolidasi, penguatan modal bank, maupun investasi," katanya.
Meski demikian, Doddy berpendapat kinerja Bank Permata pun tak akan langsung melesat usai akuisisi. Industri perbankan saat ini menghadapi kondisi yang sulit karena menghadapi perlambatan ekonomi, perang dagang, dan sentimen negatif Virus Corona.
"Namun, kalau melihat Bangkok Bank, sepertinya mereka justru dapat lebih fokus dengan Bank Permata. Mereka tidak banyak di luar negeri, itu bisa menjadi sisi positif," katanya.
Adapun, emiten berkode BNLI ini mencatat perbaikan kinerja pada 2019. Pada tahun lalu, perseroan membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 66,5 persen menjadi Rp1,5 triliun.
Capaian tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan usaha serta kualitas aset yang terus membaik. Perseroan mencatat perbaikan kualitas kredit dengan penurunan rasio non-performing loan (NPL) dari 4,4 persen per 2018 menjadi 2,8 persen pada 2019.
Di pihak lain, Head of Corporate Affairs Bank Permata Richele Maramis masih enggan menjelaskan terkait dnegan proses akuisisi yang sedang berlangsung. "Rencana akuisisi mengacu pada undang-undang dan ketentuan Regulator," katanya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan sekaligus Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Heru Kristiyana masih belum menjawab pesan yang diberikan Bisnis. Namun, sebelumnya dia mengatakan akuisisi Bank Permata berjalan lancar.
Sebagai informasi, investor mengapresiasi Bank Permata sejak penyampaian prospektus pada 2 Maret 2019. Sejak saat itu, saham Bank Permata naik 1,52 persen menjadi 1.335 per 6 Maret 2020.
Rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (price earning ratio/PER) pada Jumat (6/3/2020) tercatat sebesar 24,95 kali, sedangkan rasio harga saham per nilai buku (price to book value/PBV) mencapai 1,55 kali.
Tentunya, diharapkan dengan proses akuisisi yang tidak banyak kendala ini, kinerja Bank Permata bisa semakin mengkilap.