Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Saham Bank Jumbo Laris Manis dan Mendorong IHSG

Saham emiten perbankan yang berada pada bank umum kelompok usaha (BUKU) IV naik seiring dengan peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Nasabah bertransaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri Bank CIMB Niaga di Jakarta, Senin (7/8)./JIBI-Dwi Prasetya
Nasabah bertransaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri Bank CIMB Niaga di Jakarta, Senin (7/8)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham emiten perbankan yang berada pada bank umum kelompok usaha (BUKU) IV naik seiring dengan peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pada perdagangan Kamis (26/3/2020) siang, harga saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) tercatat naik 16,80 persen menjadi Rp2.850 per lembar saham. Kenaikan harga saham juga diikuti emiten Bank Mandiri (BMRI) yang naik 16,58 persen menjadi Rp4.500 per lembar saham.

Harga saham Bank Negara Indonesia (BBNI) juga naik 13,92 persen menjadi Rp3.600 per lembar saham. Kenaikan juga terjadi pada harga saham Bank CIMB Niaga (BNGA) yang naik 8,93 persen menjadi Rp610 per lembar saham.

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mengalami peningkatan tertinggi yakni sebesar 17,67 persen menjadi Rp26.475 per lembar saham. Sebelumnya, pada pembukaan perdagangan hari ini, harga saham BBCA dibuka pada level Rp22.500 per lembar saham.

Sementara itu, BBCA juga mencatatkan, rasio harga saham dengan laba bersih per saham (Price Earning Ratio/PER) dan rasio harga saham per nilai buku (price to book value/PBV) pada Kamis (6/2/2020) tercatat sebesar 22,84 kali sedangkan PBV tercatat sebesar 3,75 kali.

Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial mengatakan PER dan PBV Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini sudah sangat atraktif dengan nilai masing-masing sebesar 9,7 kali dan 1,4 kali.

Menurutnya, peningkatan harga saham tersebut karena adanya panic buying pasca dirilisnya keijakan The Fed yakni program membeli obligasi korporasi, treasury bond tanpa batas, dan mortgage-backed securities. Selain itu, pemerintah Amerika Serikat juga mengeluarkan insentif fiskal US$2 triliun.

"Hal itu memicu risks on asset di emerging market khususnya Indonesia," katanya kepada Bisnis.com, Kamis (26/3/2020).

Senada, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwe mengatakan stimulus fiskal pemerintah Amerika Serikat dengan menyuntikkan dana US$2 triliun untuk melawan corona direspon positif oleh market.

Menurutnya, pada perdagangan Selasa (24/3/2020), Harga saham bursa New York atau Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 11 persen. Kemudian, pada Rabu (25/3/2020), DJIA juga ditutup mengalami kenaikan 4 persen.

Peningkatan harga saham tersebut diikuti oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia.

"Kalau di luar naik kita juga respon naik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper