Bisnis.com, JAKARTA - Surat berharga menjadi opsi bagi bank mengelola likuiditas di tengah permintaan kredit yang menurun.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan menyebutkan penempatan kelebihan likuiditas pada surat berharga merupakan salah satu strategi yang dilakukan perseroan. Langkah ini merupakan secondary reserve di tengah kondisi permintaan kredit yang melemah.
"Namun demikian dalam mengeksekusi strategi ini, kami memperhitungkan situasi di pasar untuk mengoptimalisasi return penempatan," katanya kepada Bisnis, Sabtu (27/3/2020).
Berdasarkan laporan analyst meeting, selama 2019 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatatkan penempatan dana dalam bentuk surat berharga sebesar Rp71,333 trilun. Nilai tersebut naik 11,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp63,932 triliun.
Sementara itu, penempatan dana pada surat berharga negara (SBN) mengalami peningkatan sebesar 12,86 persen pada tahun lalu dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun pada 2018 penempatan SBN sebesar Rp114,285 triliun sedangkan pada 2019 menjadi 129 triliun.
Selain itu, mengacu pada laporan posisi keuangan bulanan, Bank Mandiri mencatatkan penempatan surat berharga hingga Februari 2020 adalah sebesar Rp147,239 triliun. Meskipun demikian, nilai tersebut belum mengalahkan penyaluran kredit yang hingga Februari 2020 tercatat sebesar Rp766,764 triliun.
Ditanya soal kemungkinan penempatan surat berharga akan meningkat pada tahun ini, Direktur Treasury, International Banking, and Special Asset Management Darmawan Junaidi enggan berkomentar lebih lanjut. Dia mengaku masih sibuk mengurus kondisi pasar yang terimbas virus corona.
"Saya masih hectic di pasar," jawabnya singkat.
Belaja surat utang juga dilakukan oleh bank dengan ukuran lebih kecil. PT Bank Mayora, misalnya, dalam laporan keuangan bulanan pada akhir Desember 2019 mencatatkan penempatan dana pada surat berharga sebesar Rp514,157 miliar. Dua bulan berselang, yakni pada laporan keuangan bulanan Februari 2020, penempatan surat berharga Bank Mayora naik 1,8 persen menjadi Rp523,647 miliar.
Presiden Direktur PT Bank Mayora Irfanto Oeijb mengatakan surat berharga menjadi opsi selama yieldnya masih di atas cost of fund bank. Pada tahun ini kemungkinan akan ada peningkatan penempatan surat berharga.
"Ada peningkatan namun belum signifikan di kisaran 10 persen," katanya.