Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terdampak Corona, Pefindo Pangkas Rating Bank Victoria

Revisi rating Bank Victoria dikarenakan dampak negatif pandemi virus corona pada tahun ini
Direktur Utama PT Bank Victoria International Tbk Ahmad Fadjar (tengah), didampingi Direktur Lembing (kiri) berbincang dengan Direktur Utama PT Asuransi Central Asia Teddy Hailamsah usai menandantangani naskah  kerja sama pengadaan fasilitas Bank Garansi di Jakarta, Jumat (15/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Bank Victoria International Tbk Ahmad Fadjar (tengah), didampingi Direktur Lembing (kiri) berbincang dengan Direktur Utama PT Asuransi Central Asia Teddy Hailamsah usai menandantangani naskah kerja sama pengadaan fasilitas Bank Garansi di Jakarta, Jumat (15/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Victoria International Tbk. mendapat peringkat idA- dengan outlook negatif dari Lembaga Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Rating ini turun dari sebelumnya, yaitu dengan outlook stabil.

Analis Pefindo Imelda Rusli mengatakan revisi rating tersebut lebih dikarenakan dampak negatif pandemi virus corona pada tahun ini.

"Corona akan membuat emiten berkode BVIC ini melemah dari sisi profil kredit dan profitabilitas," katanya dalam siaran pers Pefindo.

Adapun, per akhir Desember 2019 Bank Victoria memiliki konsentrasi pinjaman yang tinggi di sektor-sektor yang secara substansial dipengaruhi oleh virus corona, yakni real estat dengan porsi sebesar 21,4 persen, perdagangan, restoran, dan hotel dengan porsi 21,0 persen, sektor pembiayaan dengan porsi 18,6 persen, dan industri manufaktur dengan porsi 10,6 persen.

Di samping itu, 99,4 persen dari portofolio pembiayaan disalurkan ke wilayah Jawa, yang merupakan daerah terpengaruh oleh virus corona secara signifikan.

"Kemampuan melemahnya debitur dapat menjadi gangguan dalam kualitas aset dan profil profitabilitas serta arus kas masuk dari operasi," katanya.

Di samping itu, rasio kredit bermasalah perseroan telah berada pada posisi yang cukup tinggi yakni 5,8 persen pada akhir 2019, naik dari 3,5 persen pada 2018. Posisi ini jauh lebih lemah dari rata-rata industri perbankan 2,5 persen pada 2019.

Perseroan mencatat rasio pinjaman dalam perhatian khusus (special mention loan/SML) yang juga cukup tinggi di level 9,0 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri perbankan, yang sebesar 5,1 persen pada akhir tahun lalu.

"Porsi lebih tinggi dari pinjaman tidak lancar dan yang direstrukturisasi dapat menyebabkan turunnya arus kas dari bisnis intermediasinya akan mempengaruhi posisi likuiditasnya," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper