Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Victoria International Tbk. akan menerbitkan obligasi subordinasi senilai Rp150 miliar untuk memperkuat modal dan mendukung ekspansi bisnis tahun ini.
Dalam prospektus Bank Victoria (17/3/2020), dana segar yang masuk nantinya akan meningkatkan modal tier 2 perseroan. Dana yang dihimpun akan meningkatkan modal sekaligus menjaga rasio kecukupan modal saat ekspansi kredit pada tahun tikus logam.
"Obligasi akan digunakan untuk modal kerja dalam rangka pengembangan usaha, terutama penyaluran kredit dan struktur modal," kata manajemen dalam prospektus tersebut.
Sebagai informasi, Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Victoria Tahap I dan II diterbitkan pada tahun lalu dengan total nilai Rp400 miliar.
Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Victoria Tahap III Tahun 2020 jumlah pokok sebanyak-banyaknya senilai Rp150 miliar.
Jumlah pokok Rp60 miliar memiliki tingkat bunga tetap 11,25 persen per tahun, sedangkan obligasi subordinasi dengan jumlah pokok sebesar-besarnya Rp90 miliar dijamin dengan kesanggupan terbaik.
Adapun, Direktur Utama Bank Victoria Ahmad Fajar fokus pada penguatan modal tahun ini. "Obligai tersebut juga ditujukan untuk refinancing yang jatuh tempo dan untuk memperkuat modal," katanya.
Mengutip laporan Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), emiten berkode BVIC ini memiliki rating idA- dengan prospek stabil.
Artinya, obligor dengan memiliki kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya dibandingkan dengan obligor Indonesia lainnya.
Namun, obligor agak lebih rentan terhadap efek buruk dari perubahan keadaan dan kondisi ekonomi daripada obligor berperingkat lebih tinggi.
"Tanda minus menunjukkan bahwa peringkat tersebut relatif lemah dalam masing-masing kategori peringkat," sebut Pefindo dalam laporannya.
Berdasarkan laporan publikasinya, total kredit BVIC pad kuartal ketiga tahun lalu tercatat senilai Rp15,72 triliun, naik tipis dari periode sama 2018 senilai Rp15,07 triliun.
Kualitas kredit perseroan tercatat dalam posisi yang cukup rentan, yakni kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) berada pada 5,28 persen, naik dari periode sama tahun sebelumnya 4,14 persen. Laba bersih perseroan terpangkas 45,3 persen secara tahunan menjadi Rp35,41 miliar.