Bisnis.com, JAKARTA - Pembatasan sosial atau aktifitas fisik selama masa pandemi menjadi kendala bagi perbankan dalam menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR).
Direktur Finance, Planning, & Treasury PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon L. P. Napitupulu mengutarakan penyaluran KPR menurun signifikan sejalan dengan penjualan rumah yang tersendat selama pembatasan sosial diterapkan akibat wabah Covid-19.
"Bukan karena BTN merubah policy, tetapi memang aktifitas fisik penjualan juga sangat terbatas. Sebagai contoh, akad kredit kan belum bisa online dan mengunjungi proyek perumahan untuk melihat dan membeli rumah masih susah," katanya kepada Bisnis, Rabu (3/6/2020).
Nixon mengatakan KPR bersubsidi saat ini masih tetap berjalan di daerah-daerah yang masih aman dari penyebaran virus corona.
Menurutnya, pertumbuhan KPR perseroan tahun ini tidak akan tumbuh tinggi dibandingkan dengan tahun lalu karena situasi saat ini belum membaik.
"Tumbuh 4 persen-5 persen saat ini sudah sangat bagus. Kalau PSBB [pembatasan sosial berskala besar] berubah ke new normal mungkin berubah lagi, kami selalu berhatap akan membaik," jelas Nixon.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Pahala Nugraha Mansury mengatakan realisasi KPR baru perseroan hingga Maret 2020 tercatat turun 40 persen dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu.
Penyumbang pertumbuhan berasal dari KPR subsidi yang tercatat masih mampu tumbuh positif, yaitu sebesar 10 persen yoy per Maret 2020.
Oleh karena itu, perseroan saat ini lebih jeli menangkap peluang agar dampak ke profitabilitas tidak tertekan terlalu dalam.
Pahala mengatakan, pihaknya analisis data sektor-sektor mana saja yang sangat terpengaruh pandemi atau yang masih berpeluang tumbuh positif.
Tak hanya itu, Pahala juga mendiferensiasi segmen-segmen mana saja yang masih akan mengalami pertumbuhan, berdasarkan produk, letak geografis dan jenis pekerjaan nasabah.
"Jadi, kami benar-benar membedah per sektor, pekerjaannya. Kami membedakan dan melihat segmen lebih tajam, bagaimana melihat customer yang lebih impacted atau yang tidak," katanya.
Berdasarkan produk, perseroan akan fokus pada segmen menengah ke bawah, dengan harga Rp500 juta ke bawah, termasuk segmen KPR subsidi.
Di samping itu, Bank BTN juga memacu pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) melalui produk bancassurance.
Pahala mengatakan, produk bancassurance unit link misalnya, masih sangat diminati oleh masyarakat Indonesia dan ini bisa dijadikan peluang bagi Bank BTN.