Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BRI Pangkas Target Pertumbuhan Kredit hingga Single Digit

BRI memangkas target pertumbuhan kredit pada tahun ini menjadi 5 persen dari target awal sebesar 10-11 persen.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Sunarso didampingi direksi lainnya menyimak pertanyaan awak media sesuai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) Sunarso didampingi direksi lainnya menyimak pertanyaan awak media sesuai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/2/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. merevisi target pertumbuhan kredit pada tahun ini menjadi 5 persen akibat pandemi Covid-19.

Selama kuartal I/2020, Bank BRI telah menyalurkan kredit senilai Rp884,27 triliun atau tumbuh 9,38 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year-on-year/YoY). Dari jumlah penyaluran tersebut, porsi kredit BRI dibandingkan perbankan nasional mencapai 15,48 persen.

Bank pelat merah ini sebelumnya menargetkan pertumbuhan kredit pada tahun ini sebesar 10-11 persen.

Direktur Utama Bank BRI Sunarso memperkirakan pihaknya masih menghadapi tantangan pada kuartal II dan III tahun ini. Namun, pada kuartal IV, kondisi diperkirakan akan kembali pulih.

“Kita harus revisi target. Secara full year, loan growth BRI akan tumbuh 5 persen saja,” ujar Sunarso dalam acara Virtual Halalbihalal Pemimpin Redaksi dengan Jajaran Direksi BRI, Jumat (5/6/2020).

Meskipun proyeksi tersebut menurun dibandingkan target awal, BRI mengaku akan tetap menjaga rasio likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) di kisaran 90 persen.

Sunarso menambahkan proyeksi penurunan kredit tersebut akan diikuti dengan penurunan pendapatan bunga. Namun, BRI tetap akan menjaga net interest margin (NIM) di kisaran 5,5 persen.

Komitmen yang sama juga diterapkan untuk pendapatan nonbunga atau fee based income (FBI) dan biaya operasional atau operating expenditure (Opex) yang masing-masing dijaga sebesar 7 persen dan 9 persen.

"NPL [rasio kredit bermasalah] dijaga di kisaran 3 persen. Dalam situasi sekarang ini NPL 3 persen adalah ambisi yang cukup baik," sambungnya.

Secara konsolidasi, Bank BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 930,73 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,05 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 845,72 triliun.

Komposisi kredit UMKM BRI dibanding total kredit BRI pun merangkak naik dari 77,37 persen di kuartal I/2019 menjadi 78,31 persen pada kuartal I/2020.

Hingga akhir Maret 2020, NPL BRI tercatat sebesar 3 persen jauh dibawah batas maksimal NPL yang ditetapkan regulator sebesar 5 persen.

Pada sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir kuartal I/2020 DPK BRI tercatat Rp 1.029,00 triliun atau naik sebesar 9,93 persen yoy. Angka ini juga masih diatas pertumbuhan DPK industri perbankan nasional pada bulan Maret 2020 sebesar 9,54 persen.

Dana murah (CASA) juga masih mendominasi portofolio simpanan BRI, mencapai 55,90 persen dari total DPK atau senilai Rp 575,18 Triliun.

Sementara itu, dari sisi permodalan, BRI mencatat rasio capital adequacy ratio (CAR) 18,56 persen di akhir kuartal I/2020, yang mencerminkan modal BRI cukup kuat untuk melakukan ekspansi dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. "LDR BRI di kuartal I 2020 tercatat sebesar 90,45 persen,” ujar Sunarso.

Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia sebelumnya memproyeksi pertumbuhan kredit baru akan terjadi pada kuartal IV/2020, meskipun harus dibarengi dengan penjaminan dari pemerintah.

Direktur Utama LPPI Mirza Adityaswara mengatakan pada kuartal II/2020 dan kuartal III/2020 tidak akan ada pertumbuhan kredit. Pada kuartal IV/2020 bisa saja terjadi pertumbuhan kredit karena pemerintah yang memberikan penjaminan kredit modal kerja melalui Jamkrindo dan Askrindo.

Sementara itu, program penjaminan kredit untuk UMKM dapat diberikan secara langsung yang khusus hanya untuk BUMN atau melalui badan usaha penjaminan yang ditunjuk. Terkait dengan potensi penjaminan, dia mengungkapkan Kementerian Keuangan masih melakukan koordinasi dengan Kementerian Perekonomian dan Data OJK.

Program ini bertujuan agar perbankan mampu memberikan kembali saluran kredit kepada sektor usaha terutama kelompok menengah kecil agar ekonomi bisa bergerak kembali.

"Tergantung bank mau memanfaatkan [penjaminan kredit UMKM] untuk menopang sektor UMKM untuk tumbuh lagi," katanya dalam acara Halalbihalal BRI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper