Bisnis.com, JAKARTA — PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) mengungkap tetap memprioritaskan investasi pada infrastruktur teknologi di tengah upaya efisiensi perusahaan.
Presiden Direktur Allo Bank Indra Utoyo mengatakan langkah tersebut berkontribusi signifikan terhadap efisiensi operasional perseroan, yang tecermin pada rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 69,4% per Maret 2025. Angka ini jauh lebih rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat 86,1% berdasarkan data OJK.
“Kami berusaha mengurangi bad costs yang tidak produktif tanpa mengorbankan good costs seperti pengembangan infrastruktur TI,” ujar Indra kepada Bisnis, Jumat (6/6/2025).
Kinerja efisiensi ini menjadi pencapaian penting di tengah tren pelemahan net interest margin alias NIM di sektor perbankan. Data OJK menunjukkan, NIM industri turun dari 4,81% pada akhir 2023 menjadi 4,45% per April 2025, yang merupakan level terendah dalam lebih dari 2 tahun. Penurunan ini turut menekan pertumbuhan laba, yang hanya naik 5,79% secara tahunan per Maret 2025.
Namun demikian, Indra menjelaskan bahwa Allo Bank berhasil membukukan peningkatan NIM menjadi 9,88% pada kuartal I/2025, dari 8,97% di periode sama tahun sebelumnya. Strategi peningkatan efisiensi dan optimalisasi intermediasi menjadi pendorong utama pencapaian tersebut.
Dari sisi kredit, lanjut Indra Allo Bank mengandalkan segmen ritel melalui produk PayLater yang mencatatkan pertumbuhan signifikan. Sepanjang 2024, penyaluran kredit PayLater meningkat lebih dari 200%, didorong oleh pertumbuhan volume transaksi dan jumlah aplikasi yang masuk. Per Mei 2025, jumlah nasabah Allo Bank telah menembus 12 juta secara nasional.
Baca Juga
Sementara di sisi pendanaan, Allo Bank memilih strategi diferensiasi produk untuk menghindari persaingan suku bunga yang ketat. Perseroan fokus mengembangkan tabungan dengan biaya dana rendah (low cost of fund), melalui inovasi digital yang mengedepankan kemudahan dan pengalaman nasabah.
Menanggapi tekanan profitabilitas di industri, Indra menyebut Allo Bank tetap menargetkan pertumbuhan kredit secara kompetitif namun berkelanjutan.
"Kondisi makroekonomi tahun ini memang tidak sedang baik-baik saja, tapi kami tetap membidik pertumbuhan di atas rata-rata industri," ujarnya.
Di tengah ketidakpastian, kata Indra, permodalan Allo Bank tetap terjaga solid. Per akhir Maret 2025, rasio kecukupan modal (CAR) tercatat di 93,4%, sementara total ekuitas mencapai Rp7,4 triliun.
Dalam laporan keuangan Allo Bank pada kuartal I/2025, perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp112,54 miliar, tumbuh 2% secara tahunan (year on year/YoY).
Pendapatan bunga bersih bank milik konglomerat Chairul Tanjung ini meningkat 18,62% (YoY) menjadi Rp312,11 miliar dari sebelumnya Rp263,12 miliar.