Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bankir Terkaya Sebut Perbankan di India Butuh Modal Hadapi Virus

Menurut laporan Credit Suisse Group AG bulan lalu, lender perlu mengumpulkan modal US$20 miliar, dengan rincian kebutuhan bank-bank pemerintah senilai US$13 miliar dalam memperkuat penyangga terhadap kemungkinan gagal bayar pinjaman.
Logo Reserve Bank of India di depan kantor pusat sentral di Mumbai, India./Bloomberg
Logo Reserve Bank of India di depan kantor pusat sentral di Mumbai, India./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah India harus bersiap untuk menyuntikkan modal ke bank-bank negara dan kreditur swasta yang perlu bantuan dalam memperkuat neraca mereka.

“Saya yakin pemerintah harus siap mendukung bank sektor publik dengan modal,” kata Uday Kotak, miliarder pendiri Kotak Mahindra Bank Ltd dikutip dalam Bloomberg, Minggu (7/6/2020).

Menurutnya, kondisi pinjaman buruk yang telah berlangsung lama, ledakan shadow banking, dan bailout bank bersejarah pada Maret lalu telah membuat kondisi lender di India melemah. Hal ini pun menghambat ekonomi dan menyebabkan lonjakan pengangguran.

Menurut laporan Credit Suisse Group AG bulan lalu, lender perlu mengumpulkan modal US$20 miliar, dengan rincian kebutuhan bank-bank pemerintah senilai US$13 miliar dalam memperkuat penyangga terhadap kemungkinan gagal bayar pinjaman.

"Saran saya untuk bank sektor swasta dan perusahaan keuangan non-bank adalah buat diri Anda lebih kuat, bentengkan neraca Anda, dan jika itu berarti meningkatkan modal, silakan dan lakukan itu," lanjutnya.

Kotak, yang ditunjuk minggu lalu sebagai presiden Konfederasi Industri India, telah menerapkan apa yang dia sarankan ke industri perbankan India. Dalam beberapa minggu terakhir, Bank Kotak Mahindra telah mengumpulkan hampir US$ 1 miliar melalui penjualan saham untuk meningkatkan penyangga modal. Uday Kotak sendiri menaikkan jumlah yang sama dengan menjual saham di bank.

Adapun Perdana Menteri Narendra Modi telah menjanjikan paket stimulus US$277 miliar untuk menghidupkan kembali perekonomian. Namun, para ekonom masih mengharapkan produk domestik bruto (PDB) berkontraksi pada tahun fiskal hingga Maret 2021.

Stimulus Modi pun sangat bergantung pada peningkatan pinjaman dari bank-bank pemerintah. Meskipun pemerintah mengaku tidak akan mengalokasikan dana untuk merekapitalisasi sektor ini dalam anggaran tahun berjalan.

Namun, Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman mengatakan akan tetap fleksibel dalam menyuntikkan modal jika diperlukan.

Kotak mengatakan ini adalah saat yang tepat bagi perusahaan India untuk memanfaatkan pasar keuangan, sebagai cadangan untuk mencari pinjaman dari sektor perbankan.

“Ada model yang dipimpin bank dan ada model yang dipimpin pasar. Saya senang model pasar berkinerja lebih baik secara signifikan selama krisis Covid," kata Kotak.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, perusahaan-perusahaan India telah mengumpulkan 3,83 triliun rupee atau setara US$ 50,7 miliar melalui obligasi sepanjanh tahun ini. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan 3,62 triliun rupee setahun yang lalu,

Kotak mengatakan salah satu perhatiannya dalam menjadi kepala konfederasi industri adalah meningkatkan tata kelola perusahaan di perusahaan-perusahaan India. Sejak diangkat sebagai kepala Leasing Infrastruktur & Pembiayaan Services Ltd. setelah lender non-bank gagal bayar pada 2018, Kotak sudah memainkan peran kunci dalam mengusulkan solusi untuk krisis shadow banking.

"Bisnis pembiayaan adalah bisnis yang sulit dan akan menguji prinsip survival of the fittest," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper