Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Turun Lagi, Ekonom Nilai Bank Sentral Berada di Jalur Pro Growth

Bank Indonesia menurunkan BI Rate 25 bps ke 5% untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Inflasi terkendali, rupiah stabil, dan ada ruang penurunan lebih lanjut.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Senin (28/7/2025). / Bisnis-Himawan L. Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Senin (28/7/2025). / Bisnis-Himawan L. Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia alias BI kembali memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,00% dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Agustus 2025, Rabu (20/8/2025).

Ekonom senior Ryan Kiryanto menilai keputusan Bank sentral tersebut diambil secara terukur, konstruktif, dan rasional. Bagaimanapun, sambungnya, realisasi maupun ekspektasi inflasi tetap berada dalam target BI sebesar 2,5±1%. 

Selain itu, nilai tukar rupiah relatif stabil dalam kisaran asumsi APBN 2025 sehingga membuka ruang bagi bank sentral untuk melonggarkan stance kebijakan moneter.

“Keputusan RDG BI Kamis [20/8] secara gamblang menunjukkan stance kuat BI yang pro growth [dukung pertumbuhan ekonomi],” ujar Ryan dalam keterangannya, Rabu (20/8/2025).

Dalam risalah RDG, BI juga mengindikasikan terbukanya ruang penurunan BI Rate lebih lanjut demi mendorong penyesuaian suku bunga perbankan, baik simpanan maupun kredit, menjadi lebih akomodatif. Dengan demikian, permintaan kredit produktif seperti investasi dan modal kerja diharapkan meningkat seiring ekspansi produksi dan bisnis.

Ryan menekankan bahwa bauran kebijakan pro pertumbuhan itu relevan di tengah tambahan beban yang dihadapi pengusaha, khususnya eksportir, akibat kenaikan tarif resiprokal 19% yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump.

“Harmoni kebijakan moneter dan fiskal ini, termasuk kebijakan perpajakan, tentunya membutuhkan dukungan dari aspek kepastian hukum dan kebijakan, stabilitas sosial dan politik, serta birokrasi dan regulasi perizinan investasi yang ramah investor,” tambahnya.

Dengan demikian, Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) ini meyakini investor asing dan domestik tertarik menanamkan modalnya dan berusaha di Indonesia.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menilai ruang pemangkasan bunga lanjutan masih terbuka pada sisa 2025 meski BI Rate sudah turun setidaknya 75 bps sejak awal 2025. Menurutnya, inflasi tetap terkendali, rupiah stabil, dan pertumbuhan ekonomi masih di bawah potensial dengan output gap yang negatif.

“BI masih punya ruang untuk pemangkasan tambahan 25 bps sampai akhir tahun. Risiko global memang ada, tapi dengan inflasi yang terkendali dan cadangan devisa memadai, BI punya fleksibilitas untuk terus mendukung pemulihan ekonomi,” jelas Josua.

Adapun dalam RDG itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa pihaknya merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 dari di bawah titik tengah target 4,6–5,4% menjadi di atas titik tengah, yakni sekitar 5,1%. 

Optimisme itu berdasarkan harapan ada peningkatan permintaan domestik yang ditopang bauran kebijakan moneter longgar dan fiskal ekspansif pemerintah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro