Bisnis.com, JAKARTA - Tren transaksi menggunakan kartu debit Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) menurun signifikan selama masa pandemi Covid-19.
Penurunan ini terjadi sejalan dengan diterapkannya pembatasan sosial berskala besar di beberapa kota besar. Mobilitas orang-orang menjadi terhambat, termasuk aktivitas belanja dan bertransaksi.
Dalam situasi seperti ini, transaksi berbasis kartu wajar jika mengalami penurunan. Bank Indonesia pun mencatat pertumbuhan negatif pada transaksi kartu ATM dan debet pada awal 2020. Padahal pada periode tersebut, pembatasan sosial masih belum masif diterapkan.
Tercatat, per Maret 2020 volume dan nilai transaksi kartu ATM dan debet masing-masingnya turun -3,63 persen dan -5,35 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sebaliknya, perbankan justru mencatat terjadi peningkatan transaksi secara daring (online) di e-commerce maupun marketplace.
Ketua Komite VII (Pengelola Standar) Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), Santoso menilai, transaksi kartu GPN akan kembali pulih dan meningkat jika kondisi ekonomi benar-benar kembali normal.
Baca Juga
Pasalnya, transaksi berbasis kartu, terutama chip based, mengalami penurunan yang sangat dalam, sekitar 50 persen pada April 2020. Apalagi kondisi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan menurut Santoso akan menghantam daya beli konsumen.
"Juni diharapkan lebih baik tapi sampai sekarang pun [transksi kartu debit] belum banyak bergerak. Jumlah volume debit GPN tergantung pada sejauh mana transaksi tatap muka bisa berjalan normal. Akibat pandemi yang berkepanjangan, kebutuhan sekunder saja sudah direm, apalagi tersier," jelas Santoso kepada Bisnis, Kamis (25/6/2020).
Meski demikian, kata Santoso, kartu GPN akan tetap relevan di ekosistem pembayaran meski transaksi online marak digunakan. Alat pembayaran kartu chip based pun dinilai jauh lebih ramah digunakan dibanding QR Code.
Pasalnya, infrastruktur untuk alat pembayaran berbasis kartu di industri perbankan jauh lebih matang ketimbang dengan infrastuktur QR code.
"Infrastruktur untuk kartu chip dan GPN sudah siap di pasar. Sementara QR baru diluncurkan awal tahun 2020, belum masif di ekosistem pembayaran, edukasi, dan sosialisasi, QR code sudah terhambat karena pandemi," tutur Santoso.
Di samping itu, Santoso menambahkan, QR code saat ini masih menerapkan merchant presented mode, sementara customer presented mode masih sangat terbatas.
"Yang sangat siap sekarang adalah tekfin [teknologi finansial], perbankan belum terlalu masif sekarang. Namun, ke depan akan jauh lebih terpenetrasi. Masalahnya adalah momentum yang tidak pas, karena adanya pandemi ini," jelasnya.