Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank BRIsyariah Tbk. (BRIS) melanjutkan kinerja positif sampai dengan Agustus 2020. Ini tercermin dari pertumbuhan laba bersih sebesar 158,46% secara year on year (yoy) menjadi Rp168 miliar.
Kinerja yang mengembang juga tidak lepas dari strategi perseroan masuk ke pasar modal. "BRI Syariah masuk ke bursa karena memang dari sisi perusahaan kita memiliki alternatif untuk meningkatkan modal," kata Direktur Operasional PT Bank BRIsyariah Tbk. Fahmi Subandi dalam webinar, Senin (6/10/2020).
Fahmi bercerita BRI Syariah pertama kali menjaring dana dari pasar modal yakni melalui penerbitan sukuk pada 2016. Aksi koporasi itu mengalami kelebihan penawaran atau oversubscribed lebih dari 200%. Dua tahun berselang, perseroan kembali mendulang dana melalui aksi penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada 2018 yang juga mengalami kelebihan penawaran.
Selain memperkuat permodalan, masuknya BRI Syariah ke pasar modal dapat meningkatkan nilai perusahaan. Di samping itu, meningkatkan reputasi dan kepercayaan terhadap perusahaan, meningkatkan kualitas tata kelola (GCG) perusahaan. Perseroan juga memperoleh insentif pajak dan menumbuhkan loyalitas karyawan.
Dengan perolehan dana dari pasar modal, perseroan terus melakukan ekspansi pembiayaan, pengembangan IT dan jaringan. Dari pengembangan teknologi informasi, BRIsyariah saat ini memiliki aplikasi i-Kurma untuk penyederhanaan proses pembiayaan, Salam Digital BRIS yang merupakan portal pengajuan pembiayaan, serta BRIS Online.
"Pengguna aplikasi di gadget terus tumbuh. Apalagi pada masa pandemi sekitar 80%-85% transaksi dilakukan melalui mobile banking," katanya.
Baca Juga
Melalui penguatan struktur permodalan yang dilakukan lewat IPO, BRI Syariah mampu meningkatkan kinerja keuangannya secara berkesinambungan. Fahmi mengatakan sebelum IPO pertumbuhan kinerja aset rata-rata sebesar 14%, setelah IPO menjadi lebih dari 16%. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) juga tumbuh sebelum IPO pada level 20% naik menjadi 23,49% pada semester I/2020.
Dari sisi penyaluran pembiayaan juga mengalami peningkatan, dari rata-rata pertumbuhan 6,82% menjadi 25,34% setelah IPO. Kepercayaan nasabah juga terus tumbuh yang tercermin dari meningkatnya rasio dana murah, dari 30,13% pada 2017 menjadi 54,34% pada semester I/2020. Rasio CASA yang naik otomatis bakal mendorong efisiensi karena biaya dana dapat ditekan.
Jumlah outlet juga meningkat dari 272 menjadi 305 unit kerja pada Juni 2020. Fahmi mengatakan penambahan jumlah outlet sebagian merupakan hasil konversi dari unit kerja konvensional di Aceh. Namun selanjutnya, perseroan akan membatasi pertumbuhan channel karena sebagian layanan perbankan telah mampu dilayani melalui aplikasi dan mobile banking.
"Secara industri, aset kita tumbuh signifikan. Begitu juga dari sisi pembiayaan dan DPK. Salah satu faktornya selain IPO, juga dapat konversi aset karena penerapan qanun lembaga keuangan syariah di Aceh," katanya.