Bisnis.com, JAKARTA -- Pertumbuhan kredit industri perbankan kembali terperosok hingga mencapai minus 0,47 persen secara tahunan pada Oktober 2020. Di satu sisi, penurunan suku bunga acuan selama ini masih belum bisa mengerek bunga kredit ke level yang lebih rendah.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja mengatakan pertumbuhan kredit masih bergantung dengan permintaan. Di tengah pandemi, aktivitas ekonomi yang terbatas dan permintaan konsumsi yang rendah membuat demand kredit menjadi rendah.
Penyaluran kredit yang minus pada Oktober 2020 pun dinilai wajar. Meskipun hal itu bukan berarti bank tidak menyalurkan kredit sama sekali. Bank pun dinilai tetap menyalurkan kredit tetapi pelunasan yang lebih tinggi membuat kredit tumbuh rendah dan berakhir minus.
"Sangat wajar dong [kredit minus], kalau tidak bisa dagang dan tidak ada permintaan buat apa kredit," katanya kepada Bisnis, Kamis (19/11/2020).
Jahja pun menyampaikan akan kembali menurunkan suku bunga kredit dalam dua bulan terakhir tahun ini mengikuti suku bunga acuan Bank Indonesia yang saat ini berlaku.
Sebelumnya, BCA telah menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) ke level 8,25 persen untuk kredit korporasi, sebesar 8,75 persen untuk kredit retail, dan 8,75 persen untuk KPR serta 8,61 persen untuk kredit konsumsi non-KPR.
Dihubungi terpisah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah menilai BI ingin segera memanfaatkan ruang lebih awal untuk melakukan penurunan suku bunga acuan. Inflasi yang rendah dan nilai tukar yang menguat serta aliran modal masuk membuat BI percaya diri dalam menurunkan suku bunga.
"Nampaknya BI tidak mau kehilangan momentum menurun kan suku bunga dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi," katanya kepada Bisnis, Kamis (19/11/2020).
Dengan sudah turunnya suku bunga pada bulan ini, Piter meyakini bulan depan BI akan menahan suku bunga acuan. Bank Sentral diperkirakan menurunkan suku bunga tahun depan setidaknya 25 bps lagi.
"Perkiraan saya suku bunga acuan tidak akan lebih rendah dari 3,5 persen," sebutnya.
Penurunan suku bunga acuan tersebut pun diperkirakan tidak akan langsung direspons oleh perbankan dengan menurunkan suku bunga kredit. Setidaknya, perbankan tidak akan menurunkan suku bunga kredit dalam dua bulan ke depan.
Kondisi ini pun akan membuat kredit tidak akan segera bertumbuh pada tahun ini.
"Dengan kata lain meskipun Bank Indonesia bulan ini kembali menurunkan suku bunga acuan, suku bunga kredit tidak akan segera turun dan pertumbuhan kredit bank tidak akan segera tumbuh pada tahun ini," katanya.