Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis transaksi, baik di perbankan maupun teknologi finansial, anjlok cukup dalam pada masa pandemi.
Berdasarkan data Bank Indonesia, total volume transaksi per September 2020 tercatat hanya 948 juta, turun dari periode sama tahun lalu 1,09 miliar. Nilai transaksi pun turun secara tahunan dari Rp635,99 triliun menjadi Rp605,16 triliun per akhir kuartal ketiga tahun ini.
Jika menyelisik lebih dalam, alat pembayaran menggunakan kartu turun, baik dari sisi volume maupun nilai merupakan kontributor utama turunnya bisnis transaksi. Sementara itu, transaksi uang elektronik hanya turun dari sisi volume, sedangkan nilainya masih dapat melanjutkan pertumbuhan agresifnya.
Division President, Southeast Asia Emerging Markets Mastercard Safdar Khan mengakui bisnis transaksi mendapat tantangan cukup berat pada tahun ini.
Penyebaran virus corona membuat pemerintah mengambil langkah pembatasan sosial yang akhirnya membuat transaksi masyarakat menurun secara drastis.
Meski kinerja akhir tahun belum dapat direalisasikan secara cepat, tetapi Safdar berpendapat prospek tahun depan akan lebih cerah.
"Ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi masyarakat yang kuat. Kami melihat kondisi tahun depan akan lebih baik," sebutnya dalam wawancara ekslusif dengan Bisnis, Jumat (4/12/2020).
Dia menjelaskan selama masa pandemi tren perubahan transaksi ke channel nontunai baik kartu dan digital yang sangat baik. Pemulihan ekonomi yang juga didorong oleh besarnya porsi kawula muda Indonesia akan membuat bisnis transaksi lebih ciamik tahun tahun depan.
"Dengan fintech, kami pun bukan berkompetisi melainkan berkolaborasi. Pasar transaksi ini besar ada 60 persen transaksi masih menggunakan tunai. Kami perlu bersama-sama menurunkan transaksi tunai ini. Ini juga untuk menurunkan risiko penyebaran virus ke depannya," imbuhnya.
Di luar itu, Safdar juga menggarisbawahi masih adanya 70 persen pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang belum mendapat akses kredit. Padahal UMKM justru memiliki potensi besar dalam memperkuat bisnis transaksi nasional.
Ketua Lembaga Pelatihan Kerja Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (LPK-SPPUR) Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Moch Amin Nurdin mengatakan prospek bisnis transaksi akhir tahun ini masih akan terkendala dengan minimnya mobilitas masyarakat.
"Pemulihan ekonomi akhir tahun memang mulai terlihat, tetapi tidak akan cepat langsung membalikkan kinerja bisnis transaksi akhir tahun ini. Namun, akan lebih baik pada tahun depan jika kinerja ekonomi juga membaik," sebutnya.
Dia menuturkan tidak semua segmen bank mampu mendorong bisnis transaksi dengan implementasi digital. Bahkan, dia menuturkan masih banyak bank yang menanggap finansial teknologi sebagai kompetitor, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan riil bisnis transaksi.
Di samping itu, pembatasan kegiatan sosial juga membuat pesimistis banyak pelaku bisnis transaksi, baik perbankan perusahaan switching dan finansial technologi.
"Beban promosi yang sebelumnya dianggarkan secara agresif terpaksa ditahan guna memabantu efisiensi. Mereka banyak juga yang takut merugi," sebutnya.
Dari pihak perbankan, peningkatan bisnis transaksi ini justru sedikit mengkompensasi pendapatan bunga kredit yang terpangkas turun akibat permintaan dan langkah restrukturisasi.