Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Azuarini Diah dan Irvan Rahardjo

Ketua Bidang Keanggotaan dan Komunikasi Kupasi dan Arbiter Badan Arbitrase Nasional Indonesia

Azuarini Diah telah menempuh pasca sarjana di bidang asuransi dari Institute of Insurance and Risk Management, sedangkan Irvan Rahardjo meraih gelar master di bidang manajemen dari Universitas Gadjah Mada

Lihat artikel saya lainnya

Strategi Memacu Asuransi

Pertanyaannya, bagaimana menjembatani kesenjangan yang demikian lebar antara inklusi keuangan dan penetra­si asuransi?
Karyawan memotret deretan logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Selasa (22/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan memotret deretan logo-logo perusahaan asuransi di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Selasa (22/9/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- Saat ini masih terdapat ke­sen­jangan antara inklu­si keuangan dan penetrasi asu­ran­si di In­do­nesia yang tergambar me­la­lui Indeks Inklusi Ke­uangan Indonesia pada Glo­bal Financial Inclusion Index 2017. Bank Dunia me­nun­jukkan 48,9% penduduk Indo­nesia berusia 15 tahun ke atas memiliki rekening di lembaga keuangan formal dan 3,1% penduduk berusia 15 tahun ke atas memiliki mobile banking.

Menurut data Swiss Re 2016, penetrasi asuransi per kapita Indonesia sebesar 1,73% terhadap PDB. Studi MAPFRE Economic Research (2019), MAPFRE GIP 2019, Madrid, Fundación MAPFRE, berdasarkan analisis faktor-faktor ekonomi dan demogra­fi yang menentukan per­tum­buhan gap proteksi asuransi dan kemampuan masing-ma­sing negara memperluas pa­sar asuransi, Indonesia ber­ada di peringkat ke-4 un­tuk asuransi jiwa dan asu­ran­si umum di antara 96 ne­ga­ra emerging market dan ne­ga­ra maju.

Negara emerging market menempatkan Turki dan Indonesia di 10 besar. Studi menunjukkan dibutuhkan waktu rata-rata 23 tahun di emerging market dan 12 tahun di negara maju untuk menjembatani kesenjangan di pasar asuransi jiwa. Adapun, di pasar asuransi umum dibutuhkan rata-rata 15 tahun untuk emerging market dan 5 tahun di negara maju. Indonesia membutuhkan 29 tahun untuk menjembatani kesenjangan di asuransi jiwa dan 25 tahun di asuransi umum.

Pertanyaannya, bagaimana menjembatani kesenjangan yang demikian lebar antara inklusi keuangan dan penetra­si asuransi? Untuk meningkat­kan penetrasi asuransi melalui inklusi keuangan dibutuhkan sedikitnya empat prasyarat. Pertama, literasi keuangan yaitu pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap jasa keuangan. Literasi ke­uangan sangat krusial mengingat tingkat pendidikan angkatan kerja kita masih rendah. Human Development Index Indonesia 2019 mencapai 0.694.

Laporan Bank Dunia dalam Global Findex Data Base 2017 menyebutkan di Asia Timur dan Pasifik penggunaan transaksi keuangan digital meningkat pesat meski kepemilikan rekening bank stagnan. Dengan pengecualian Indonesia di mana kepemilikan rekening meningkat dari 13% menjadi 49% selama 2014—2017. Bukti-bukti menunjukkan bahwa mereka yang tidak memiliki rekening bank terkait dengan ketimpangan pendapatan dan kelompok kelompok rentan seperti anak muda, berpendidikan rendah, pengangguran dan kaum miskin di pedesaan (Sarwat Jahan cs, IMF 2019)

Kedua, tersedianya infra­struk­tur digital yang memadai. Terobosan program branchless bank Bank Indo­ne­sia mengintegrasikan platform telekomunikasi untuk me­ngatasi infrastruktur per­bank­an yang terbatas dan ber­biaya tinggi menjadi salah sa­tu upaya meningkatkan in­klu­si keuangan.

Data Bank Dunia menunjukkan sekitar 60 juta orang di Indonesia yang tidak me­mi­liki rekening bank menggu­na­kan gawai. Alhasil hal ini merupakan peluang yang sa­ngat besar untuk meningkat­kan transaksi keuangan me­lalui sarana komunikasi ter­sebut. BI menggagas integra­si kedua sektor itu untuk meng­gen­jot inklusi keuangan di seluruh lapisan penduduk. Dengan branchless bank, biaya infrastruktur perbankan yang mahal dapat di­te­kan dan jarak dapat teratasi.

Contohnya di Ghana di ma­na perusahaan asuransi be­ker­ja sama dengan opera­tor selular memberikan san­tun­an asuransi jiwa gratis ke­pa­da pelanggan dan satu anggota keluarga. Asuransi dapat diperoleh seterusnya bila tagihan pemakaian pulsa pelanggan mencapai jumlah minimum per bulan atau dengan menambah besar santunan asuransi dengan membayar premi. Kolaborasi operator telepon dengan micro insurance berlangsung sukses di Ghana, Zimbabwe, Tanzania, Uganda, Kenya, dan Filipina.

Studi McKinsey mengungkapkan bahwa dari 3 miliar pengguna selular di emerging market seperti Indonesia, se­ba­nyak 1 miliar di antara­nya membutuhkan jasa ke­uangan tapi tidak memiliki re­ke­ning bank. Analis di Lloyd of London dan Swiss Re memperkirakan di emerging market terdapat 3 miliar pen­du­duk mampu membeli asu­ran­si yang murah bila di­ta­war­kan.

Indonesia menghadapi ma­sa­­lah ketidakseimbangan an­­tarwi­layah yang dapat di­atasi de­ngan digitalisasi un­tuk men­jangkau mereka yang be­lum memiliki rekening atau cara-cara nontradisio­nal seperti program Laku Pan­­dai yang digagas Otoritas Jasa Keuangan.

Ketiga, perlu ada kebijakan afirmatif dalam edukasi dan perlindungan konsumen sebagaimana diatur OJK. In­klu­si keuangan melalui di­gi­ta­li­sa­si juga perlu mewaspa­dai ke­jahatan siber yang semakin me­ningkat. Dengan berbagai kasus gagal bayar asuransi belakangan ini timbul urgensi untuk segera mewujudkan lembaga penjamin polis yang diamanatkan UU 40/2014 tentang Perasuransian.

Keempat, meningkatkan efisiensi dan koordinasi manfaat antarberbagai progam asuransi seperti asuransi kecelakaan yang dikelola Jasa Raharja dengan BPJS Ketenagakerjaan serta BPJS Kesehatan. Namun, upaya meningkatkan penetrasi asuransi melalui inklusi keuangan menjadi ilusi jika tidak disertai dengan edukasi literasi keuangan, perlindungan konsumen serta infrastruktur digitalisasi yang memadai.

*) Artikel dimuat di koran cetak Bisnis Indonesia edisi Rabu (9/12/2020)   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper