Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) alias BCA akan merilis laporan keuangan semester I/2025 pada Rabu (30/7/2025) pukul 16.00 WIB.
Berdasarkan data Terminal Bloomberg, konsensus analis memperkirakan kinerja laba bersih BCA dapat mencapai Rp14,31 triliun pada periode tiga bulan kuartal II/2025.
Jika diakumulasikan dengan realisasi laba bersih pada kuartal I/2025 yang sebesar Rp14,14 triliun, maka bank milik Grup Djarum ini diperkirakan meraup laba bersih Rp28,45 triliun pada enam bulan pertama tahun ini.
Pada periode yang sama tahun lalu, BCA mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp26,9 triliun. Dengan demikian, laju pertumbuhan laba bersih BCA hingga paruh pertama 2025 ditaksir sebesar 5,76% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Sebagai gambaran, BCA mencatatkan laba bersih individual sebesar Rp25,16 triliun hingga Mei 2025, meningkat 16,31% YoY dari sebelumnya Rp21,63 triliun.
Penyaluran kredit BCA tumbuh 11,8% secara tahunan dari Rp826,73 triliun menjadi Rp924,26 triliun pada Mei 2025. Aset BBCA meningkat 7,53% YoY ke level Rp1.467,18 triliun.
Dari sisi pendanaan, BCA menghimpun dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp1.155,22 triliun pada bulan kelima tahun ini, tumbuh 5,57% YoY dari Rp1.094,32 triliun.
Prospek Saham BBCA
Proyeksi positif terhadap saham BBCA masih disematkan oleh sejumlah analis yang dihimpun Bloomberg. Dari 37 analis, sebanyak 34 di antaranya merekomendasikan beli, sebanyak 3 lainnya merekomendasikan hold saham BBCA.
Menurut konsensus analis tersebut, harga rata-rata saham BBCA ditargetkan mencapai Rp11.183 per saham dalam 12 bulan ke depan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BBCA parkir di zona merah 1,18% atau turun 100 poin dan ditutup di angka Rp8.400 pada perdagangan Selasa (29/7/2025) ini.
Dengan demikian, terdapat peluang keuntungan atau potential return hingga 3,13% dari harga saham BBCA saat ini ke level target rata-rata 12 bulan mendatang.
Kinerja harga saham BBCA cenderung tertekan dalam beberapa waktu terakhir. Dalam waktu satu bulan, saham BBCA tercatat minus 3,17%, serta minus 3,72% selama tiga bulan. Penurunan harga lebih dalam tampak dalam rentang waktu satu tahun yakni sebesar 18,05%.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.