Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) telah melakukan penurunan suku bunga acuannya, tetapi yield Surat Berharga Negara (SBN) menjadi perhatian sebab levelnya masih cukup tinggi dibandingkan BI rate saat ini.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Erwin Gunawan Hutapea mengatakan yield SBN dengan tenor 10 tahun saat ini sudah turun ke kisaran 6,5%, dari sebelumnya yang berada pada level 6,8% hingga 7%.
“Sejak Bank Indonesia menurunkan suku bunga sejak bulan Mei dan terakhir Juni kemarin, yield SBN 10 tahun itu sudah turun ke 6,5%,” ujar Erwin dalam acara Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2025, Selasa (29/7/2025).
Adapun yield SBN bertenor pendek, seperti tenor 1 tahun, kini sudah berada di kisaran 5,5% hingga 5,6%. Menurut Erwin, penurunan yield ini menunjukkan bahwa pelonggaran kebijakan moneter mulai tersalurkan ke pasar keuangan.
“Jadi, prosesnya ini akan terjadi terus dan dengan koordinasi antara Bank Indonesia dengan Kementerian Keuangan kami bersama-sama mengupayakan penurunan suku bunga terjadi di pasar keuangan kami,” tambahnya.
Sebagai informasi, BI telah menurunkan suku bunga acuan, sehingga BI rate kini berada pada level 5,25% pada rapat Dewan Gubernur tanggal 15-16 Juli 2025. Lalu penetapan deposit facility sebesar 4,5% dan suku bunga lending facility sebesar 6%. Keputusan ini di ambil di tengah terjaganya inflasi dan relatif menguatnya nilai tukar rupiah.
Baca Juga
"Keputusan ini konsisten dengan makin rendahnya prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta perlunya untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo secara daring, Rabu (16/7/2025).
Kebijakan memangkas suku bunga acuan ini disebut berdasarkan arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk mempertahankan stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Perry menyebut kebijakan yang diambil untuk mengiringi penurunan suku bunga acuan seperti penguatan strategi stabilisasi nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental melalui intervensi baik melalui transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di pasar domestik maupun transaksi Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri. Strategi ini disertai dengan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas pasar keuangan.
Bank Indonesia juga menjalankan operasi moneter pro-market guna makin memperkuat efektivitas transmisi penurunan suku bunga, menjaga kecukupan likuiditas, mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valuta asing (valas), serta mendorong aliran masuk modal asing.
Untuk menjaga kinerja pasar uang ini, dia menyebut Bank Indonesia juga memperkuat efektivitas transmisi penurunan suku bunga melalui penyesuaian struktur suku bunga instrumen moneter dan swap valas, menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan melalui lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, serta memperkuat peran dealer utama untuk meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar.