Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksi bahwa nilai penerbitan surat utang perusahaan pembiayaan atau multifinance masih akan bertahan pada tahun kerbau logam 2021.
Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito mengungkap bahwa nilai emisi surat utang multifinance akan mirip di kisaran surat utang yang jatuh tempo pada 2021 akibat refinancing.
"Jadi, [penerbitan obligasi multifinance] harusnya lebih baik dari 2020. Sentimen buat perusahaan pembiayaan mulai membaik, harusnya bisa bertahan seperti nilai jatuh tempo pada 2021 ini," ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (7/1/2021).
Menurut data Pefindo, surat utang jatuh tempo dari sektor multifinance mencapai 17,8 persen dari total nilai surat utang korporasi yang akan jatuh tempo pada 2021 senilai Rp121,9 triliun.
Menurut Dito, multifinance memang masih memiliki opsi pendanaan dari perbankan, tetapi pasar modal bakal lebih banyak dimanfaatkan ketimbang pada tahun lalu, menilik saat ini biaya dana atau cost of fund untuk menerbitkan surat utang lebih murah karena tren suku bunga yang rendah.
"Apalagi yield SUN menurun. Kepercayaan investor terhadap Indonesia mulai meningkat, tentunya akan membawa dampak positif bagi penerbitan obligasi atau MTN," ujarnya.
Namun demikian, Pefindo masih mengantisipasi risiko pembiayaan kembali yang terus meningkat, apabila suatu perusahaan pembiayaan menghadapi kewajiban keuangan jangka pendek yang akan jatuh tempo.
Ada kemungkinan penurunan peringkat, terutama jika semakin dekat dengan tanggal jatuh tempo surat utang tanpa adanya rencana yang konkrit dari emiten untuk menyelesaikan kewajibannya.
"Secara umum yang paling penting buat multifinance memang masih terpengaruh penanganan Covid-19, bila kondisi membaik atau vaksin efektif, tentu akan membawa dampak positif. Secara spesifik, gejolak di sektor otomotif, peningkatan pembelian motor dan mobil pada 2021, juga besar pengaruhnya ke penerbitan surat utang sektor multifinance," jelasnya.
Terkini, menurut Pefindo, mempertahankan likuiditas masih jadi pegangan utama multifinance, terlebih di tengah perpanjangan restrukturisasi.
Untuk perusahaan pembiayaan yang terafiliasi dengan bank, grup konglomerat besar, atau prinsipal otomotif besar, dampaknya cukup netral karena perusahaan pembiayaan dalam kategori ini memiliki keuntungan dari fleksibilitas keuangan yang lebih kuat yang dihasilkan dari dukungan yang kuat dari induk perusahaan.
Di sisi lain, perusahaan pembiayaan independen akan sangat selektif dalam menawarkan perpanjangan restrukturisasi kepada debiturnya, karena mereka juga harus mengatasi permasalahan likuditas.
Pefindo menilai perusahaan pembiayaan independen akan lebih mendorong untuk dilakukannya eksekusi atau penarikan objek pembiayaan atau barang jaminan untuk mendapatkan kas di muka sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan kewajiban keuangannya.
"Dari pengamatan kami, yang sedang digalakkan multifinance itu juga mengoptimalkan repeat order. Karena repeat order dari kostumer multifinance itu belum sekencang lembaga keuangan lain. Bagaimana mendorong nasabah menggunakan bukan hanya salah produknya," tutupnya.