Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mitigasi Risiko Bencana Alam dengan Asuransi, Wajib di Wilayah Cincin Api

Risiko vulkanik dan tektonik yang berpotensi merusak properti perlu dimitigasi dengan optimal melalui asuransi.
Bangunan rusak akibat gempa bumi M6,2 di Sulawesi Barat./Dok.BPBD Kabupaten Majenern
Bangunan rusak akibat gempa bumi M6,2 di Sulawesi Barat./Dok.BPBD Kabupaten Majenern

Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Bintang Tbk. menyatakan bahwa mitigasi risiko kerusakan akibat bencana alam menjadi kewajiban bagi negara yang berada di jalur cincin api, salah satunya melalui pengasuransian properti.

Presiden Direktur Asuransi Bintang Hastanto Sri Margi (HSM) Widodo menjelaskan bahwa Indonesia menghadapi risiko yang besar terhadap bencana alam karena berada di jalur pegunungan berapi. Risiko vulkanik dan tektonik yang berpotensi merusak properti perlu dimitigasi dengan optimal melalui asuransi.

"Fungsi asuransi adalah untuk memitigasi risiko dan sebagai praktik penyebaran risiko sebagai manajemen risiko, terutama terhadap risiko gempa bumi yang sepertinya sudah menjadi kewajiban sebagai bangsa yang hidup di gugusan ring of fire," ujar Widodo kepada Bisnis, Minggu (24/1/2021).

Dia menyatakan bahwa berbagai kejadian bencana alam dalam beberapa waktu terakhir menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi risiko melalui asuransi. Terlebih, pada awal tahun ini telah terjadi risiko vulkanik di beberapa gunung berapi dan risiko tektonik, seperti di Sulawesi Barat.

Menurut Widodo, banyak sekali risiko yang dapat diterima oleh pihaknya, perusahaan asuransi dengan kode emiten ASBI itu. Namun, perseroan melakukan pembatasan akseptasi terhadap Catastrophe Risk Evaluation dan Standardizing Target Accumulations (Cresta) Zone risiko gempa tinggi.

"Seleksi tersebut lebih mengacu kepada kecukupan premi yang ada dibandingkan dengan probability of loses dan severity-nya," ujar Widodo.

Dia pun menyatakan bahwa dalam kejadian gempa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, ASBI tidak mencatatkan klaim yang signifikan karena hanya terdapat satu outlet nasabah korporasi yang terkena risiko. Dampak yang tidak begitu besar membuat proteksi masih terjaga.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa sejak pertama kali terjadi gempa pada Kamis (14/1/2021) hingga Minggu (24/1/2021) pagi telah terjadi 35 kali gempa susulan di Sulawesi Barat. Gempa pembuka pada pekan lalu menimbulkan kerusakan di sejumlah kabupaten, khususnya di Majene dan Mamuju.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper