Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluang Ekspansi Produk Asuransi di Balik Maraknya Bencana Alam di Indonesia

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat 1.211 kejadian bencana alam di Indonesia sepanjang 1 Januari hingga 3 Juni 2025.
Warga terdampak banjir di kawasan Rawajati, Jakarta, Selasa (4/3/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga terdampak banjir di kawasan Rawajati, Jakarta, Selasa (4/3/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan asuransi umum, PT Asuransi Asei Indonesia (Asei) menilai maraknya bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini bisa menjadi peluang penetrasi asuransi.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat 1.211 kejadian bencana alam di Indonesia sepanjang 1 Januari hingga 3 Juni 2025. Dari jumlah tersebut, banjir menjadi bencana alam yang paling banyak terjadi dengan 800 kejadian. Bencana tersebut mengakibatkan belasan ribu properti mengalami kerusakan.

"Ada banyak produk asuransi yang beririsan dengan risiko kecelakaan dan bencana alam, seperti asuransi properti, kendaraan bermotor, pengangkutan, kecelakaan diri, termasuk produk asuransi yang ditujukan khusus untuk usaha mikro dan UMKM, serta asuransi parametrik kebencanaan," kata Direktur Utama Asei Dody Achmad Sudiyar kepada Bisnis, dikutip Minggu (13/7/2025).

Dody menilai pengembangan produk-produk asuransi untuk kebencanaan ini sebagai peluang melakukan ekspansi produk dan diversifikasi risiko. Untuk menyambut peluang itu, dia menilai perusahaan asuransi perlu pertama, memperkuat portofolio asuransi properti dengan pendekatan mitigasi risiko bencana.

Selain itu, perusahaan asuransi juga dapat berkolaborasi dengan instansi pemerintah dan swasta seperti BNPB, Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD), BUMN, dan kementerian terkait untuk menyediakan skema proteksi massal, seperti asuransi bencana untuk petani, nelayan atau UMKM di zona merah.

Menurutnya kolaborasi tersebut juga dapat mendukung program pemulihan ekonomi pascabencana dengan perlindungan aset produktif.

Kedua, untuk menyambut potensi berupa adanya risiko yang meningkat akibat bencana, Dody menilai perusahaan asuransi juga perlu melakukan penguatan manajemen risiko dan underwriting.

"Ini dapat dilakukan dengan mengembangkan model pemetaan risiko geografis dan aktuaria berbasis data bencana seperti memantaatkan big data atau AI. Kemudian perusahaan juga menyesuaikan premi dan desain polis secara adil tapi tetap komersial di wilayah-wilayah rawan bencana," ujarnya.

Ketiga, Dody mengatakan perusahaan asuransi juga perlu fokus pada reasuransi dan kapasitas risiko melalui optimalisasi kemitraan dengan perusahaan reasuransi global dan nasional, termasuk memanfaatkan skema pooling risiko bencana. Hal ini menurutnya penting dilakukan untuk menjaga solvabilitas sekaligus emperluas kapasitas akseptasi risiko besar atau high catastrophe exposure.

Keempat, agar industri asuransi siap menyambut peluang meningkatnya risiko atas objek yang bisa diasuransikan, menurutnya faktor digitalisasi dan edukasi publik juga penting.

"Dalam hal ini, perusahaan asuransi dapat menggunakan kanal digital dan platform insurtech untuk memperluas jangkauan produk ke masyarakat umum dan pelaku UMKM, serta mendorong literasi risiko dan asuransi di daerah rawan bencana melalui kampanye edukatif dan webinar," pungkasnya.

Sebagai informasi, data BNPB menyebut bahwa akibat 1.211 kejadian bencana alam di Indonesia sepanjang 1 Januari hingga 3 Juni 2025 menyebabkan 234 orang meninggal dunia dan 29 orang hilang. Selain itu, ada 3,55 juta orang terdampak dan mengungsi, sementara 461 orang mengalami luka-luka.

Bencana ini juga menyebabkan kerusakan pada 18.631 rumah, dengan rincian 12.962 rumah mengalami kerusakan ringan, 3.181 rumah rusak sedang dan sebanyak 2.488 rumah rusak berat. 

Selain rumah, terdapat 156 fasilitas yang mengalami kerusakan, terdiri atas 85 satuan pendidikan, 61 rumah ibadah dan 10 fasilitas pelayanan kesehatan.

Menilik sebaran wilayah, bencana alam paling banyak terjadi di Jawa Barat dengan 192 kejadian, diikuti oleh Jawa Tengah dengan 157 kejadian, serta Jawa Timur dengan 144 kejadian.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper