Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemangkasan Suku Bunga Kredit Diramal Terus Berlanjut

Berdasarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga kredit perbankan pun tercatat turun gradual sejak tahun lalu.
Petugas teller menata uang rupiah di salah satu cabang Bank Mandiri di Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Petugas teller menata uang rupiah di salah satu cabang Bank Mandiri di Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA -- Penurunan suku bunga kredit diperkirakan masih akan terus berlanjut seiring dengan beban dana dan efisiensi perbankan.

Meski margin perbankan diperkirakan masih akan kembali tertekan, tetapi permintaan kredit lebih baik akan mampu menjadi dispensasi paruh pertama tahun ini.

Teranyar, BI 7-Day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan juga turun sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen. Seiring dengan hal tersebut tingkat bunga penjaminan untuk rupiah pada bank umum ditetapkan menjadi sebesar 4,25 persen dan untuk valuta asing pada bank umum sebesar 0,75 persen.

Berdasarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), suku bunga kredit perbankan pun tercatat turun gradual sejak tahun lalu. Suku bunga kredit modal kerja bank umum berada per akhir tahun lalu berada pada 9,21 persen, investasi berada pada 8,88 persen, dan konsumsi berada pada 10,97 persen.

Seiring dengan hal tersebut, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan juga menunjukkan tren penuruan. NIM bank umum berada pada 4,45 persen pada akhir tahun lalu, turun dari 2019 yang masih tercatat sebesar 4,91 persen.

Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menyampaikan tren penurunan suku bunga kredit akan sangat dipengaruhi beban dana perbankan yang terus melandai hingga awal tahun ini. Selain itu, overhead margin cost yang juga mengalami penurunan seiring dengan peningkatkan efisiensi perbankan.

"Penurunan suku bunga diperkirakan akan cenderung terus berlanjut dalam jangka pendek merespons penurunan suku bunga acuan BI. Kombinasi dari tren penurunan suku bunga acuan BI serta bauran kebijakan BI untuk mendorong ketersediaan likuiditas juga mendorong penurunan suku bunga pasar uang," katanya kepada Bisnis, Kamis (4/3/2021).

Kendati demikian, Josua tak menampik penurunan NIM masih akan berlanjut pada awal tahun ini. Perbankan juga memandang industri riil masih memerlukan inestif restrukturisasi. Pembalikkan tren NIM, menurutnya baru akan terlihat saat ekonomi dapat beroperasi secara optimal.

"Jika peningkatan permintaan kredit dapat terjadi cepat, maka profitabilitas perbankan diperkirakan akan cenderung membaik sejalan dengan ekspektasi perbaikan NIM," sebutnya.

Dihubungi terpisah, Direktur Utama LPPI Mirza Adityaswara menjelaskan dalam situasi yang mana ekonomi masih terkendala oleh pandemi, maka faktor suku bunga kredit bukanlah satu satunya pertimbangan debitur menarik kredit baru.

Dia menganjurkan pemerintah dan otoritas hanya perlu fokus pada vaksinasi agar kepercayaan konsumen dan dunia usaha dapat pulih minimal pada paruh kedua tahun ini.

"Jika ekonomi pulih di semester kedua 2021, maka pertumbuhan kredit akan lebih baik di semester kedua tahun ini juga," sebutnya.

Adapun, dia menjelaskan trasmisi penurunan suku bunga kredit dan suku bunga acuan tidak dapat disamakan. Suku bunga kebijakan bank sentral mencerminkan faktor likuiditas, faktor inflasi dan faktor pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, suku bunga kredit mencerminkan faktor likuiditas di perbankan, faktor biaya pencadangan kredit bermasalah, faktor biaya operasional bank, hingga marjin bank.

"Namun, tetap saja yang menjadi permasalahannya adalah kepercayaan konsumsi. Jika itu membaik maka permintaan terhadap mobil, rumah akan meningkat. Setelah itu bank barulah akan menyalurkan kredit, dan memanfaatkan suku bunga kredit yang rendah," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper