Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Bosan, Gubernur BI Minta Bank Turunkan Suku Bunga Kredit

Selaku salah satu anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Perry mencatat perbankan yang sudah menurunkan suku bunga dasar kredit adalah bank dari himpunan bank negara (Himbara), dan swasta seperti Bank Central Asia (BCA).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Rabu (18/8/2020), Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meminta agar perbankan di seluruh Indonesia untuk segara menurunkan suku bunga kredit .

Selaku salah satu anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), BI mencatat perbankan yang sudah menurunkan suku bunga dasar kredit adalah bank dari himpunan bank negara (Himbara), dan swasta seperti Bank Central Asia (BCA).

“Makanya kami berempat KSSK, Bu Menteri, Pak Wimboh (OJK), Pak Purbaya (LPS), mohon juga nih perbankan [untuk] menurunkan kredit. Makanya kita mulai transparansi suku bunga kredit. Terima kasih bank-bank Himbara sudah mulai, yang lain ayo,” kata Perry dalam Temu Stakeholder Untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (25/3/2021).

Menurutnya, bank sentral juga sudah melakukan sejumlah upaya mendorong percepatan pemulihan ekonomi naisonal (PEN). Perry menyebut BI sudah menurunkan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) ke level 3,5 persen. Angka tersebut merupakan terendah sepanjang sejarah.

Selain itu, Perry juga mengatakan telah menyuntikkan likuditas ke perbankan terutama himpunan bank negara (Himbara) sebesar Rp781,2 triliun dan burden sharing yang telah disetujui pula oleh Komisi XI DPR RI. “Monggo, melimpah likuiditas quantitative easing. Salah satu yang terbesar di emerging market sebesar Rp781,2 triliun,” jelasnya.

Meski begitu, Perry menjelaskan perekonomian di seluruh sektor tidak dapat pulih dalam waktu dan fase yang sama. Dalam paparannya, dia mencatat ada 38 subsektor prioritas dalam yang berkontribusi besar pada produk domestik bruto (PDB) dan eskpor.

Pertama, 6 sektor berdaya tahan meliputi holtikultura, tanaman perkebunan, pertambangan biji logam, industri makanan dan minuman, indsutri kimia farmasi, serta kehutanan dan penebangan kayu.

Kedua, ada 15 sektor perekonomian yang dikategorikan sebagai pendorong pertumbuhan, a.l. peternakan, perikanan, industri TPT, industri kulit dan alas kaki, industri barang dari logam dan eletronik, industri mesin dan perlengkapan, industri kayu dan furnitur, serta industri logam dasar.

Selain itu, informasi dan telekomunikasi, real estat, jasa pertanian, tanaman pangan, pengadaan air, pengolahan tembakau, serta industri barang galian bukan logam.

Terakhir, Perry mencatat ada 17 sektor penopang pemulihan. Contohnya pertambangan batu bara dan lignit, konstruksi, industri alat angkutan, hotel dan restoran, jasa kesehatan, perdagangan besar dan eceran, logistik, administrasi pemerintahan, dan jasa pendidikan.

Lalu, industri karet dan plastik, angkutan darat, angkutan rel, transportasi udara, asuransi dan dana pensiun, jasa penunjang keuangan, jasa perantara keuangan, serta jasa keuangan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper