Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dirut BSI (BRIS) Raih Gelar Doktor dari Universitas Padjadjaran

Dalam disertasinya, Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BRIS) Hery Gunardi membahas mengenai bisnis private wealth management.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi.Bisnis/Himawan L Nugraha
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi.Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) Hery Gunardi mendapatkan gelar doktor dari Universitas Padjadjaran atas disertasinya yang berjudul 'Pengaruh Daya Saing Bank, Manajemen Risiko dan Customer Relationship Management (CRM) Terhadap Kinerja Private Wealth Management dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Bisnis Perbankan Retail'.

Hery mengakui jika penelitian mengenai private wealth management telah ada sebelumnya. Namun dia menegaskan yang ditinjau dari sisi daya saing bank, manajemen risiko, customer relationship management dan mengkaji pengaruhnya terhadap kinerja perbankan retail baru diangkat dalam disertasinya.

Private wealth management merupakan salah satu segmen individual di perbankan yang memiliki potensi besar terkait dengan pendapatan fee based income,” ujar Hery dalam keterangan resmi pada Kamis (29/7/2021).

Bertindak sebagai Ketua Sidang yakni Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Nunuy Nur Afiah, Guru Besar FEB Unpad Ina Primiana selaku Ketua Tim Promotor, bankir senior Omar S. Anwar sebagai dosen penelaah dan dosen penguji lainnya.

Hadir dalam sidang doktor tersebut yakni Menteri BUMN Erick Thohir, Kepala Eksekutif Pengawas Institusi Keuangan Non-Bank Anggota Dewan Komisioner OJK Riswinandi, Ketua Komisi VI DPR RI Faisol Riza, dan Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Fathan Subchi serta seluruh jajaran direksi Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).

Hadir pula Komisaris Utama BSI Mulya E. Siregar, Ketua Dewan Pengawas Syariah BSI Hasanuddin, mantan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan mantan Menko Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, serta tokoh senior perbankan nasional Pradjoto.

Dalam penelitian tersebut dipaparkan bahwa segmen wealth management, dengan tiering portofolio nasabah di atas Rp500 juta, memiliki proporsi lebih besar dengan pertumbuhan positif dari tahun ke tahun sejak 2013.

Walaupun jumlah rekening segmen tersebut tidak sampai 1 persen dari total rekening DPK di bank umum, namun nominal simpanan porsinya di atas 50 persen dari total nominal simpanan individu. Karena itu, seiring dengan pertumbuhan populasi High Net Worth Individual (HNWI) di Indonesia, aset finansial segmen tersebut juga mengalami pertumbuhan.

Pada 2019 populasi HNWI di Indonesia tumbuh 4 persen dari tahun sebelumnya atau mencapai 134.000 orang. Total kekayaannya mencapai US$675 miliar atau sekitar Rp10,7 triliun. Menurut Lembaga Penelitian Knight Frank, populasi HNWI di Indonesia akan tumbuh 57 persen pada 2024.

Kendati demikian, dominasi private wealth management di Indonesia tersebut sebagian besar belum dioptimalkan oleh perbankan nasional. Pada 2015, pemerintah menetapkan kebijakan Tax Amnesty yang memberikan peluang pertumbuhan bagi bisnis private wealth management.

Pada akhir 2017 sebanyak 965.983 warga negara Indonesia berpartisipasi dalam program ini. Dana repatriasi mencapai Rp147 triliun, sedangkan aset yang dideklarasi sebesar Rp4.866 triliun.

“Dari penyelenggaraan program Tax Amnesty ini, dapat disimpulkan bahwa amandemen peraturan ini menciptakan lebih banyak peluang bagi segmen wealth di Indonesia untuk tumbuh lebih optimal,” ujar Hery yang meraih nilai Sangat Memuaskan dalam sidang promosi doktornya.

Diapun menjelaskan, bisnis private wealth management sangat dipengaruhi dari kondisi persaingan di sektor perbankan. Selanjutnya, bisnis private wealth management ini tidak terlepas dari risiko yang menyertainya.

Oleh karena itu, penelitian ini juga memberikan gambaran pengaruh dari manajemen risiko terhadap bisnis private wealth management. Hal lainnya adalah mengenai pengelolaan nasabah. Pengelolaan nasabah HNWI tentu memerlukan penanganan khusus yang sangat unik dan berbeda. Dengan demikian, customer relationship management (CRM) menjadi variabel yang cukup penting untuk diteliti.

Penelitian disertasi tersebut merupakan penelitian eksplanatori, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variable mempengaruhi variabel lainnya.

Penelitian eksplanatori ini menggunakan variabel exogen, intervening dan endogen. Variabel exogen yakni daya saing bank, manajemen risiko dan CRM. Adapun variabel intervening yakni kinerja private wealth management, sedangkan variabel endogen yakni pertumbuhan bisnis perbankan ritel.

“Maka penelitian ini menghasilkan novelty yaitu pertumbuhan bisnis perbankan retail di Indonesia tidak lepas dari kinerja private wealth management namun perlu mempertimbangkan daya saing bank, manajemen risiko dan customer relationship management sebagai variabel yang mempengaruhi kinerja private wealth management,” tegas Hery.

Dengan metode sampling yakni purposive sampling, penelitian ini menggunakan unit analisis sebanyak 32 bank di Indonesia yang memiliki lini bisnis private wealth management dan 60 top management level CEO, direksi, SEVP dan VP sebagai unit observasi.

Kinerja private wealth management di Indonesia pun dinilai sudah dalam kondisi baik yang artinya bisnis di segmen tersebut merupakan sektor yang berkembang dan mempunyai potensi besar dalam memberikan nilai atau keuntungan bagi perbankan.

“Beberapa temuan penelitian lainnya adalah daya saing bank merupakan variabel yang paling memberikan pengaruh terhadap kinerja private wealth management. Sementara manajemen risiko merupakan variabel yang paling memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bisnis perbankan retail di Indonesia. Kinerja private wealth management merupakan variabel partial intervening,” ungkapnya.

Disertasi ini pun membuktikan kinerja private wealth management di bank asing relatif lebih baik dibandingkan dengan bank BUMN, bank swasta nasional, maupun bank pembangunan daerah (BPD).

Karena itu, beberapa inisiatif seperti kerja sama partnership dengan penyedia produk investasi dan layanan private wealth management di luar negeri untuk penyediaan produk offshore dapat dipertimbangkan. Harapannya, meningkatkan kinerja private wealth management bank di Tanah Air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper