Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) diramal masih bisa terus naik. Pada perdagangan hari ini, Senin (23/8/2021), BBYB ditutup pada level 1.680 per saham melonjak 24,91 persen dibandingkan harga penutupan kemarin.
Dalam risetnya yang diterbitkan pada hari ini, Sucor Sekuritas menetapkan target harga (price target) saham Bank Neo Rp4.340 per saham dengan rekomendasi buy.
Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis mengatakan Bank Neo saat ini memimpin dan menjadi bank digital dengan pertumbuhan yang sangat cepat di Indonesia. Hal ini ditandai dengan pengguna yang mendekati 6 juta user hanya dalam 5 bulan sejak aplikasi mobile Neo+ diluncurkan pada Maret 2021.
Selain itu, kapabilitas penyaluran kredit yang kuat, yang didukung oleh pengalaman dan teknologi Akulaku, menjadi kunci utama perseroan dalam bersaing dan men-deliver profitablitas yang menjanjikan.
"Kami menilai customer lifetime value [CLTV] Bank Neo pada US$127 per user, tetapi saat ini diperdagangkan dengan harga murah dengan US$35 EV/user. Target harga kami mengimplikasikan 4,4x proyeksi harga buku pada 2022," tulis Edward.
Sucor Sekuritas meyakini Bank Neo merupakan salah satu kandidat kuat untuk memenangkan pasar bank digital dengan dukungan teknologi dan modal yang kuat dari Akulaku, selaku pemegang saham terbesar.
Sebagai informasi, Akulaku merupakan platform pembiayaan konsumer terbesar di Indonesia dengan lebih dari 40 juta pengguna terdaftar dan 7 juta pengguna aktif bulanan. Akulaku fokus pada produk paylater, cash loans, dan instalment product.
Fintech ini dinilai telah membuktikan pengembangan sistem penilaian kredit yang kuat dengan delinquency rate di kisaran 4-5 persen.
Sebelumnya, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan BBYB akhir-akhir ini mengalami kenaikan seiring pemberitaan masuknya fintech PT Akulaku Silvrr Indonesia yang menjadi pemilik terbesar sekaligus pengendali perusahaan BBYB, dengan kepemilikan mencapai 24,98 persen.
Dengan melihat dari sisi kinerja, pada kuartal pertama 2021 masih mengalami kerugian yang mana bisa jadi pada periode ini alokasi untuk pengembangan, transformasi, dan ekspansi ke bisnis digitalnya cukup besar sehingga bebannya mengalami kenaikan.
Akan tetapi, kondisi kerugian ini masih memiliki kemungkinan dapat membaik seiring peningkatan penyaluran kredit maupun penambahan para penabung. "Untuk harga memang tidak bisa diperhitungkan secara biasa, tapi sepertinya masih bisa naik Rp1.500 atau lebih," katanya, Kamis (5/8/2021).
Sementara itu, berdasarkan laporan kinerja yang dipublikasikan di situs resmi perseroan, pada kuartal I/2021 Bank Neo membukukan rugi bersih tahun berjalan senilai Rp50,27 miliar. Realisasi ini berbanding terbalik dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp13,2 miliar
Pendapatan bunga bersih BBYB terpantau meningkat dari Rp56,88 miliar menjadi Rp62,93 miliar pada kuartal I/2021. Namun, kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) melonjak dari Rp1,8 miliar pada 31 Maret 2020 menjadi Rp49,65 miliar.
Beban tenaga kerja juga naik 44,32 persen yoy dari Rp20,94 miliar menjadi Rp30,22 miliar. Penyaluran kredit Bank Neo tercatat senilai Rp3,75 triliun atau meningkat 2,18 persen dari Rp3,66 triliun pada akhir 2020 (year to date/ytd).
Sementara, himpunan pihak ketiga tercatat senilai Rp4,19 triliun meningkat 6,34 persen ytd dari Rp3,94 triliun.
Dari sisi rasio keuangan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) Bank Neo tercatat sebesar 28,06 persen dengan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross sebesar 4,44 persen dan NPL net 3,25 persen.
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) BBYB tercatat sebesar 5,04 persen dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 89,29 persen.