Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) berencana untuk memperluas cakupan pasar kredit kepemilikan rumah atau KPR, melalui kerja sama strategis dengan pengembang besar.
Dalam informasi hasil paparan publik yang diselenggarakan 9 September 2021, manajemen menjelaskan bahwa emiten bank bersandi BBTN ini akan mulai masuk ke segmen emerging affluent atau menengah ke atas, dengan menggandeng pengembang besar.
“Karena kami telah menjadi pemain dominan di MBR [Masyarakat Berpenghasilan Rendah], sehingga dirasa perlu untuk mulai masuk ke masyarakat menengah ke atas untuk mengincar potensi tersebut dengan mulai bekerja sama di sisi supply, yaitu dengan developer-developer besar, seperti Alam Sutra, BSD, dan lainnya,” demikian penjelasan manajemen BTN dalam paparan hasil public expose, dikutip pada Selasa (14/9/2021).
Manajemen menyatakan bahwa fokus utama perseroan dari langkah tersebut adalah mengakuisisi tabungan nasabah. Sebab, nasabah pembeli rumah di atas Rp2 miliar ke atas secara rata-rata memiliki tabungan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan MBR.
Di sisi lain, BTN optimistis mencapai target kinerja bisnis perseroan hingga akhir 2021, didukung berbagai transformasi untuk memanfaatkan potensi besar di sektor perumahan, stimulus dari pemerintah, hingga momentum pemulihan ekonomi nasional.
Wakil Direktur Utama Bank BTN Nixon L. P. Napitupulu mengatakan manajemen BTN terus berupaya menjaga performa transformasi di masa pandemi untuk mempertahankan kinerja yang positif dan berkelanjutan.
Langkah transformasi yang dilakukan, kata dia, sejalan dengan tujuan utama perseroan menyediakan rumah yang layak dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
“Kami optimistis kinerja Bank BTN pada tahun ini akan tercapai dan tumbuh berkelanjutan. Bagi kami, sustainable merupakan prioritas terutama dalam menghadapi berbagai ketidakpastian di masa mendatang,” ujar Nixon.
Dalam rencana bisnis bank (RBB), emiten bersandi saham BBTN ini membidik pertumbuhan aset, kredit, dan dana pihak ketiga (DPK) pada kisaran masing-masing sebesar 2–4 persen, 6 hingga 8 persen, dan 5 persen sampai dengan 7 persen pada akhir 2021.
Pertumbuhan itu ditargetkan bakal diiringi modal dan pencadangan yang kuat. BBTN menargetkan pada akhir 2021, rasio kecukupan permodalan (capital adequacy ratio/CAR) berada di level 16 persen hingga 18 persen dan rasio pencadangan di atas 120 persen.