Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Premi Asuransi Jiwa Turun, Banyak Rojali Tak Sanggup Beli Proteksi?

Premi asuransi jiwa turun 0,57% YoY pada semester I/2025, di tengah perlambatan daya beli. Edukasi asuransi penting untuk tingkatkan pemahaman.
Pengunjung melintas di salah satu pusat perbelanjaan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. / Bisnis-Abdurachman
Pengunjung melintas di salah satu pusat perbelanjaan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. / Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Raihan premi asuransi jiwa turun pada semester I/2025, di tengah sorotan perlambatan daya beli masyarakat. Masyarakat dinilai butuh perlindungan asuransi tetapi kerap belum memahami atau menemukan produk yang sesuai.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa hingga Juni 2025 perolehan premi asuransi jiwa senilai Rp87,48 triliun, turun 0,57% (year on year/YoY) dari sebelumnya Rp87,99 triliun.

Perolehan premi asuransi jiwa semester I/2025 itu juga belum separuh dari capaian setahun penuh 2024. Premi per Juni 2025 itu baru setara 46,4% total premi 2024 senilai Rp188,15 triliun.

Perlambatan kinerja itu terjadi di tengah sorotan perlambatan daya beli masyarakat dan maraknya istilah rojali, alias rombongan jarang beli. Istilah itu muncul karena maraknya pengunjung pusat perbelanjaan yang datang tanpa membeli apa-apa, sehingga mal penuh tetapi penjualannya turun.

Presiden Direktur PT AXA Financial Indonesia Niharika Yadav menilai bahwa daya beli masyarakat berkaitan dengan kemampuan mereka dalam mengakses proteksi. Secara umum, dia menilai terdapat dua kelompok masyarakat terkait pemahamannya terhadap asuransi.

Pertama, kelompok yang mengerti asuransi dan memahami pentingnya proteksi. Orang-orang di kelompok ini memahami produk dan manfaat asuransi sehingga membutuhkan proteksi.

"Orang-orang itu bukan rojali karena mereka membutuhkan produknya dan kami desain sesuai kebutuhan sebaik yang bisa kami lakukan," ujar Niharika pada Selasa (5/8/2025).

Kedua, yakni kelompok berpendapatan rendah dan menengah yang teredukasi sehingga mengetahui soal asuransi. Mereka memiliki pengetahuan bahwa asuransi dapat menjaga stabilitas keuangan, sebagai aspek penting untuk membuat perencanaan dan pencapaian tujuan.

"Mereka bisa memahami bagaimana asuransi jiwa bisa membantu pencapaian tujuannya. Dengan gaji masyarakat yang terbatas, kita harus melakukan sesuatu, menyusun produk dengan premi yang terjangkau, untuk memiliki semacam benefit dan masa proteksi yang sesuai kebutuhan itu," katanya.

Niharika meyakini bahwa pemahaman atau awareness soal asuransi selalu ada di masyarakat, apalagi otoritas dan pelaku industri gencar melakukan edukasi literasi. Oleh karena itu, industri harus melihat masyarakat RI sebagai kelompok potensial yang membutuhkan proteksi, sehingga perlu didukung dengan pemberian pemahaman.

"Orang-orang yang tidak mengerti selalu ada. Orang-orang kaya yang pintar, mengerti, banyak. Namun, potensi sesungguhnya dari industri asuransi di Indonesia adalah orang-orang ini, yang sebenarnya ingin menambah pemahaman, agar bisa memiliki proteksi dengan kondisi ekonomi mereka," ujarnya.

Secara keseluruhan, premi industri asuransi per Juni atau semester I/2025 mencapai Rp166,26 triliun, tumbuh 0,65% (YoY). Ketika premi asuransi jiwa terkontraksi, lini asuransi kerugian dan reasuransi menjadi penopang.

"premi asuransi umum dan reasuransi tumbuh 2,04% [YoY] dengan nilai sebesar Rp78,77 triliun," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono dalam konferensi pers daring RDKB OJK Juli 2025, Senin (4/8/2025).

Sementara itu, klaim asuransi komersial pada Juni 2025 mencapai Rp103,36 triliun, terkontraksi 5,09% (YoY).

Rasio permodalan industri asuransi komersial masih dalam kondisi yang baik. Pasalnya, risk based capital (RBC) asuransi jiwa dan asuransi umum dan reasuransi jauh di atas ambang batas 120%.

"Secara umum permodalan industri asuransi komersial masih menunjukkan kondisi yang solid dengan industri asuransi jiwa, serta asuransi umum dan reasuransi secara agregat melaporkan RBC masing-masing sebesar 473,55% dan 312,33%, di atas threshold sebesar 120%," urainya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro