Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom memprakirakan bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) bakal meningkat pada akhir 2022, seiring pemulihan ekonomi domestik.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan meskipun tapering sudah dimulai, the Fed belum akan menaikkan suku bunga lebih cepat, sejalan dengan kondisi pasar tenaga kerja AS yang belum membaik secara konsisten.
Dari sisi eksternal, the Fed, bank sentral di Amerika Serikat (AS), telah mengumumkan untuk mulai melakukan kebijakan tapering atau pengurangan stimulus moneter pada November ini. The Fed pun berulang kali menyatakan bahwa inflasi yang terjadi saat ini cenderung bersifat temporer.
“Dari sinyal pernyataan The Fed tersebut, diperkirakan BI akan menunggu sinyal dari indikator perekonomian AS yang pulih untuk mengantisipasi pengetatan dari the Fed yang lebih cepat dari perkiraan,” katanya, Kamis (18/11/2021).
Menurutnya, BI paling cepat mulai melakukan tapering pada pertengahan 2022, sebagai respon antisipasi penguatan dolar AS serta tingkat inflasi.
Langkah BI untuk menaikkan suku bunga acuan pun dinilai akan mempertimbangkan tingkat inflasi seiring dengan pulihnya konsumsi domestik, termasuk juga inflasi yang disebabkan oleh disrupsi rantai pasok global.
“Dengan demikian, BI diperkirakan akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunganya pada akhir tahun depan,” kata Josua.
Adapun, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 November 2021, BI kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,5 persen.
Keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah perkiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.