Bisnis.com, JAKARTA – Sebagian besar saham emiten bank yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2021 mencatatkan pertumbuhan harga yang positif. Namun, ada pula yang terkoreksi sepanjang tahun lalu.
Pada penutupan akhir perdagangan kemarin, Kamis (30/12/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir pada posisi 6.581,48, turun 0,29 persen atau 19,19 poin. Dalam setahun IHSG naik 10,08 persen dengan kapitalisasi pasar BEI senilai Rp8.284,87 triliun.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis Indonesia Resources Center (BIRC), ada beberapa emiten bank yang kinerja sahamnya terkoreksi sepanjang 2021, salah satunya adalah saham bank dengan sandi MAYA.
Saham PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) merupakan saham emiten bank pertama yang menjadi saham emiten bank paling boncos sepanjang 2021. Saham MAYA terpantau merosot hingga -91,37 persen.
Sebelumnya, harga saham bank bersandi MAYA tersebut berada ke level Rp7.650 per saham per 30 Desember 2020. Kini, harga saham Bank Mayapada Internasional menjadi Rp660 per saham per 30 Desember 2021.
Berikutnya, saham PT Bank JTrust Indonesia Tbk. (BCIC) juga mengalami penurunan sebanyak 70,57 persen ke level Rp206 per saham per 30 Desember 2021, yang sebelumnya ke level Rp700 per 30 Desember 2020.
Baca Juga
Saham emiten bank yang merugi dan berada di posisi ketiga adalah saham BBKP yang terkontraksi menyentuh -53,04 persen. Tercatat per 30 Desember 2020, saham PT Bank KB Bukopin Tbk. berada ke level Rp575 per saham dan menjadi Rp270 per saham per 30 Desember 2021.
Selanjutnya, saham PT Bank Permata Tbk. (BNLI) juga mengalami penurunan sebanyak 49,17 persen. Pada akhir penutupan perdagangan kemarin, harga saham Bank Permata berada ke level Rp1.535 per saham per 30 Desember 2021. Sedangkan, per 30 Desember 2020, harga saham bank bersandi BNLI itu berada ke level Rp3.020.
Lalu, harga saham PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. (BEKS) atau BPD Banten terpantau menurun. Sebelumnya, saham BEKS berada ke level Rp98 per 30 Desember 2020, menjadi Rp54 per 30 Desember 2021. Dengan demikian, saham Bank Banten mengalami terkontraksi sebesar -44,90 persen.
Tak berhenti di sana, saham PT Bank Capital Indonesia Tbk. (BACA) turut mengalami kontraksi sebesar 29,26 persen, dari Rp376 per saham per Desember 2020 menjadi Rp266 per saham per 30 Desember 2021.
Kemudian, disusul saham PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN) yang berada ke level Rp770 per saham per 30 Desember 2021. Sebelumnya, harga saham Bank Panin per 30 Desember 2020 berada ke level Rp1.065. Artinya, harga saham PNBN mengalami penurunan sebesar 27,70 persen.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) menyusul dengan penurunan harga saham sebesar 25,16 persen. Per 30 Desember 2020, harga saham BDMN tercatat berada ke level Rp3.140 per saham, menjadi Rp2.350 per saham per 30 Desember 2021.
Saham emiten bank lain dari PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA) juga merosot sebesar 23,65 persen. Harga saham SDRA tercatat berada ke level Rp740 per saham per 30 Desember 2020 dan menjadi Rp565 per saham per 30 Desember 2021.
Terakhir, saham emiten bank yang paling boncos ditempati oleh saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI berada di posisi 10 saham paling boncos sepanjang 2021.
Saham BRIS tercatat mengalami kontraksi sebesar 20,89 persen. Harga saham BRIS yang sebelumnya masih bernama PT BRIsyariah Tbk. berada ke level Rp2.250 per 30 Desember 2020. Kemudian, harga sahamnya menjadi Rp1.780 per 30 Desember 2021.
Kode Emiten | Harga Des 2020 (Rp) | Harga Des 2021 (Rp) | Perubahan (%) |
---|---|---|---|
MAYA | 7.650 | 660 | -91,37 |
BCIC | 700 | 206 | -70,57 |
BBKP | 575 | 270 | -53,04 |
BNLI | 3.020 | 1.535 | -49,17 |
BEKS | 98 | 54 | -44,90 |
BACA | 376 | 266 | -29,26 |
PNBN | 1.065 | 770 | -27,70 |
BDMN | 3.140 | 2.350 | -25,16 |
SDRA | 740 | 565 | -23,65 |
BRIS | 2.250 | 1.780 | -20,89 |