Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Senior Chatib Basri menyampaikan ada beberapa pilihan kebijakan yang dapat diambil oleh Bank Indonesia dan pemerintah dalam menghadapi tapering the Fed pada tahun ini. Termasuk soal kenaikan suku bunga acuan.
Beberapa kebijakan tersebut diantaranya, membiarkan nilai tukar rupiah terdepresiasi, BI menaikkan suku bunga acuan, atau pemerintah mulai memperketat pelonggaran kebijakan fiskal.
Namun demikian, Mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut menilai akan sulit bagi BI untuk menaikkan suku bunga acuan dalam situasi seperti ini. Pasalnya, tingkat inflasi di dalam negeri masih cenderung rendah, tercermin dari tingkat inflasi 2021 yang mencapai 1,87 persen, berada di bawah target BI 2 hingga 4 persen.
“Tahun depan ada kemungkinan BI akan mulai menaikkan suku bunga, tapi tidak tahun ini. Jika BI meningkatkan suku bunga, biaya untuk pemulihan ekonomi terlalu besar,” katanya dalam acara Mandiri Investment Forum 2022, Rabu (9/2/2022).
Dari sisi kebijakan fiskal, Chatib memperkirakan pemerintah baru akan mulai melakukan pengetatan pada tahun depan. Hal ini mengingat komitmen pemerintah untuk meneruskan dukungan terhadap pemulihan ekonomi nasional.
Pengetatan kebijakan fiskal diperkirakan baru akan dilakukan pada 2023, lanjutnya, sejalan dengan target pemerintah untuk kembali menurunkan angka defisit APBN ke 3 persen.
“Jadi tidak akan ada pengetatan kebijakan fiskal pada tahun ini. Satu-satunya opsi pada tahun ini adalah membiarkan nilai tukar mengalami depresiasi dan ini yang akan terjadi,” kata Chatib.