Bisnis.com, JAKARTA — Awal 2022 dibuka dengan akselerasi pertumbuhan kredit yang diiringi dengan melambatnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Berdasarkan data Analisis Uang Beredar Bank Indonesia, DPK perbankan per Januari tumbuh melambat dari bulan sebelumnya atau dari 12,1 persen yoy menjadi 11,9 persen yoy. Pada periode yang sama kredit tumbuh semakin cepat, dari 4,9 persen yoy menjadi 5,5 persen yoy.
Total DPK yang dihimpun perbankan pada Januari 2022 senilai Rp7.116,7 triliun. Berdasarkan jenisnya, melambatnya pertumbuhan DPK sebabkan oleh giro dan simpanan berjangka.
Sementara itu, berdasarkan golongan nasabah, perlambatan terjadi pada golongan nasabah perorangan, yang turun 0,9 persen pada Januari 2022 menjadi Rp235,2 triliun. Giro korporasi mengalami pertumbuhan 33,9 persen yoy, menjadi Ro1.540,9 triliun pada Januari 2022.
Pada Januari 2022, simpanan berjangka secara total tumbuh 3,2 persen yoy, melambat dari 3,8 persen yoy jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Perlambatan terjadi pada bank-bank yang berlokasi di Jawa Barat dan Banten. Secara total, simpanan berjangka pada Januari 2022 mencapai Rp2.774,5 triliun.
Pada periode tersebut, simpanan berjangka nasabah korporasi tumbuh 16,4 persen yoy, di tengah penurunan simpanan berjangka nasabah perorangan dan lain-lain, yang masing-masing turun 5,6 persen yoy dan 14,5 persen yoy.
Kemudian, giro tercatat tumbuh 25,4 persen secara tahunan pada Januari 2022. Pertumbuhan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada Desember 2021 yang mencapai 27 persen yoy, seiring dengan perlambatan giro di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Baca Juga
Dari sisi pinjaman, nilai kredit yang disalurkan perbankan pada Januari 2022 tercatat senilai Rp5.700 triliun. Akselerasi pertumbuhan disokong oleh kredit korporasi yang naik 5,4 persen yoy pada Januari 2022, meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada Desember 2021 yang hanya sebesar 1,8 persen yoy. Sementara itu kredit kepada perorangan tumbuh melambat 7,1 persen yoy, jika dibandingkan dengan Desember 2021.
Mengenai kredit dan DPK, dalam wawancara dengan Bisnis Indonesia, Deputi Komisioner Humas dan Logistik Otoritas Jasa keuangan (OJK) Anto Prabowo mengatakan bank akan beroperasi jika bisnis industri berjalan. Bank tidak bisa membuat bisnis, sehingga pertumbuhan bank mengikuti pertumbuhan bisnis industri.
Saat pandemi, bank harus dapat menentukan bisnis yang sudah pulih, akan segera pulih dan bisnis yang belum pulih. Jika bisnis sudah pulih, maka bank tidak perlu khawatir dalam menyalurkan kredit.
“Kenapa bank tidak menyalurkan kredit? pertama jawabannya demand. Jika bisnisnya sudah berjalan/pulih, maka berapapun suka bunga akan diambil. Kedua sektor-sektor yang masih akan pulih kalau diberi insentif,” kata Anto.
Dia mengatakan selama ini OJK memberikan insentif untuk sektor properti dan otomotif. Keduanya mengalami pemulihan.
Merujuk laporan Bank Indonesia, pada Januari 2022, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mengalami peningkatan 9,5 persen secara tahunan menjadi Rp594,7 triliun. Kredit multiguna juga tumbuh 3,2 persen yoy menjadi Rp977,7 triliun.
Adapun kredit kendaraan bermotor yang disalurkan bank turun 3,0 persen yoy menjadi Rp103,6 triliun pada Januari 2022. Sebagai catatan, kredit kendaraan bermotor saat ini dikuasai oleh multifinance, bukan perbankan.
Dengan demikian, secara total, kredit yang disalurkan bank untuk konsumsi (KK) mencapai Rp1.676 triliun pada Januari 2022, naik 4,9 persen secara tahunan.
Longgarnya likuiditas menjadi satu isu perbankan di tengah pandemi Covid-19. Per November 2021, rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) berada pada level 77,9 persen.