Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga Komoditas Tambang Terbang, MTF Ungkap Berkah Buat Leasing

Dampak positif ini terutama terkait debitur korporasi yang bergiat di sektor pertambangan, mulai dari batu bara, nikel, emas, sampai aluminium, yang notabene harga komoditasnya terus menguat akibat konflik geopolitik tersebut.
Karyawan melintasi logo Mandiri Tunas Finance di Jakarta, Selasa (18/1/2022). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi logo Mandiri Tunas Finance di Jakarta, Selasa (18/1/2022). /Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pembiayaan PT Mandiri Tunas Finance (MTF) melihat adanya dampak positif buat industri pembiayaan (multifinance) di Tanah Air atas pecahnya perang Rusia-Ukraina, walaupun bukan pengaruh secara langsung.

Deputi Direktur MTF Albertus Hendi menjelaskan dampak ini terutama terkait debitur korporasi yang bergiat di sektor pertambangan, mulai dari batu bara, nikel, emas, sampai aluminium, yang notabene harga komoditasnya terus menguat akibat konflik geopolitik tersebut.

Kebutuhan para kontraktor ini terutama terkait pembiayaan investasi, berupa alat berat dan kendaraan pengangkutan, serta pembiayaan modal kerja.

"Kami mendapat insight dari ekonom Grup Mandiri terkait fenomena ini. Buat leasing, dampak tidak langsungnya terutama terkait debitur para kontraktor kegiatan pertambangan, di mana kualitas mereka bisa dinilai lebih terukur, lebih aman, dan kemampuan bayarnya berpotensi lebih lancar dari sebelumnya," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (2/3/2022).

Para kontraktor ini memang tidak langsung menikmati cuan kenaikan harga komoditas, namun mereka berpotensi mendapat berkah lain. Misalnya, menerima pembayaran dari payor lebih cepat sehingga arus kasnya lebih terjaga, atau adanya potensi menggenggam kontrak baru. 

Adapun, MTF masih mematok pembiayaan terkait sektor pertambangan bisa mencapai lebih dari separuh target pembiayaan fleet keseluruhan, yaitu Rp4-5 triliun alias 20 persen dari target total pembiayaan MTF senilai Rp24 triliun sepanjang 2022.

Target ini terbilang stagnan dengan capaian 2021, di mana segmen fleet MTF juga mencapai Rp4 triliun dari total pembiayaan Rp20,5 triliun. Hendi mengungkap penyebabnya, yaitu masih adanya fenomena keterbatasan unit alat berat dan truk, serta kebijakan internal MTF membatasi debitur baru yang terkait sektor batu bara.

"Kami paham bahwa batu bara sangat potensial dan para kontraktor di sektor ini sedang sulit mendapatkan pembiayaan dari bank luar negeri, jadi mengandalkan bank dan multifinance lokal. Tapi MTF ada kebijakan membatasi debitur baru di sektor batu bara, sehingga hanya maintain debitur eksisting. Debitur baru terkait nikel dan emas masih kami terima, dan potensinya pun tak kalah besar," tambahnya.

Hendi mengungkap bahwa proyeksi pembiayaan di sektor pertambangan sepanjang periode 2022 masih akan bergantung pada kondisi ketersediaan unit alat berat dan truk jelang kuartal II/2022.

"Untuk alat berat, unit dari brand-brand besar baru mulai masuk di Maret 2022. Sementara untuk debitur yang mau mengambil truk dan mobil angkut tampak masih wait n see, menunggu kebijakan standar emisi Euro 4 yang berlaku mulai April 2022. Kalau pembiayaan yang masuk sudah tidak tersendat lagi setelah masa-masa ini [kuartal II/2021], ada potensi proyeksi mengarah lebih optimistis," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper