Bisnis.com, JAKARTA - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), termasuk Bank Indonesia (BI), terus mengantisipasi dan mengupayakan stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang tinggi.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa tingkat imbal hasil obligasi AS atau yield US Treasury sudah mulai menanjak naik, bahkan mencapai level 2,3 persen.
Kondisi ini akan menyebabkan tingkat imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) ikut terkerek untuk menjaga daya tarik arus modal asing masuk.
Meski demikian, Perry mengatakan di sisi rupiah, nilai tukar rupiah hingga saat ini masih terkendali dan terjaga stabil.
Bahkan, menurut Perry, depresiasi nilai tukar rupiah sejauh ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan negara lainnya.
“Positifnya, dukungan positif bagi nilai tukar cukup kuat karena kondisi neraca dagang dan transaksi berjalan cukup bagus, bahkan surplus cukup besar, sehingga pasokan valas di dalam negeri lebih dari cukup dan mendukung nilai tukar stabil,” katanya dalam konferensi pers virtual KSSK, Rabu (13/4/2022).
Baca Juga
Di samping itu, Perry mengatakan kondisi nilai tukar rupiah yang baik ini juga didukung dengan cadangan devisa yang masih memadai, bahkan tetap tinggi hingga Maret 2022.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah ke depan, dia mengatakan, BI dan Kementerian Keuangan akan terus memastikan langkah-langkah untuk menjaga stabilitas eksternal, moneter, dan sistem keuangan terjaga dari dampak kenaikan suku bunga acuan the Fed dan ketegangan geopolitik.