Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakar Siber Sentil Bank Indonesia, Skor Keamanan Hanya 68

Dalam survei CISSReC disebutkan bahwa Bank Indonesia hanya memiliki skor keamanan di angka 68, dari rentang 1-100, dengan penjelasan dari keamanan yang sangat bermasalah hingga keamanan yang paling aman.
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020).  Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan keluar dari pintu salah satu gedung Bank Indonesia di Jakarta, Senin, (20/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Pakar keamanan siber menyentil Bank Indonesia sebagai regulator yang masih memiliki permasalahan dari sisi keamanan informasi, yang berpeluang timbulnya kebocoran data.

Hal itu terungkap dari survei yang dilakukan tim CISSReC. Dalam survei itu disebutkan bahwa Bank Indonesia hanya memiliki skor keamanan di angka 68, dari rentang 1-100, dengan penjelasan dari keamanan yang sangat bermasalah hingga keamanan yang paling aman.

“Kita lihat Bank Indonesia yang menjadi regulator ekonomi digital di Indonesia. Ternyata skornya juga cuma 68,” kata Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha, Selasa (14/6/2022).

Pratama mengungkapkan di awal 2022 saja, terdapat 3 institusi besar di Indonesia yang diretas, yang salah satunya adalah Bank Indonesia yang diretas karena social engineering.

“Ternyata Bank Indonesia yang berkali-kali membuat kebijakan untuk mendigitalkan semua masalah keuangan di Indonesia itu ternyata juga enggak kuat, diretas habis-habisan datanya diambil. Perkiraan kita ada sekitar 3,8 terabyte data yang diambil dari Bank Indonesia,” ujarnya.

Selain itu, Pratama juga menyinggung soal kartu debit ATM magnetic stripe yang berganti menjadi kartu chip. Dia membenarkan bahwa penggantian magnetic stripe menjadi chip membuat hacker sulit untuk menggandakan (copy) data ke tempat lain.

Namun, lanjutnya, yang menjadi permasalahan terletak pada magnetic strap yang terdapat di belakang kartu. Menurutnya, apabila perbankan masih memiliki magnetic strap di belakang kartu, maka kejahatan data cloning itu tetap ada.

“Yang masalah bukan only chip, tapi yang jadi masalah adalah belakang, yaitu magnetic strap yang mudah di-cloning. Masih terjadi kejahatan skimmer, itu masih bisa ngambil. Ini yang menjadi masalah, security awareness. Ini belum cukup,” ujarnya.

Dia pun kembali mempertanyakan keseriusan BI dalam membuat kebijakan, terutama saat membuat kebijakan digitalisasi perbankan. “Yang jadi pertanyaan, BI sudah siap atau belum untuk membuat kebijakan payment digital?” tanyanya.

Dari data CISSReC, skor BI kalah dibandingkan Bank Jago (ARTO) yang mencapai 74, Maybank 80, dan Bank of America yang mencapai 93. Bisnis mencoba menghubungi Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti terkait dengan skor ini. Namun, hingga berita ini diturunkan, Destry belum memberikan jawaban. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper