Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OCBC Ungkap Nasabah Lebih Suka Transaksi Digital, Hanya 2% di Kantor Cabang

OCBC NISP mengungkapkan bahwa saat ini hanya 2% transaksi dilakukan di kantor cabang, sisanya beralih ke digital.
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) PT Bank OCBC NISP Tbk. di Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Nasabah melakukan transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) PT Bank OCBC NISP Tbk. di Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Ringkasan Berita
  • Hanya 2% transaksi nasabah OCBC dilakukan di kantor cabang, sementara sisanya beralih ke digital, menunjukkan perubahan perilaku nasabah yang signifikan.
  • OCBC fokus pada pengembangan aplikasi digital yang relevan dan agnostik, mencakup berbagai segmen seperti private banking dan unit usaha syariah.
  • OCBC mencatat pertumbuhan laba bersih 7% YoY menjadi Rp2,57 triliun pada semester I/2025, didukung oleh peningkatan pendapatan dan perbaikan kualitas aset.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Perkembangan teknologi yang memudahkan transaksi serta perubahan perilaku nasabah juga dirasakan oleh PT Bank OCBC NISP Tbk. (OCBC). Kini, hanya sekitar 2% dari jumlah transaksi berada di kantor cabang.

Presiden Direktur OCBC Parwati Surjaudaja mengatakan perseroan mengurangi kantor cabang fisik sejak sebelum pandemi Covid-19. Pada sekitar 2017, bank dengan ticker NISP ini masih memiliki setidaknya 270 kantor fisik. Namun, seiring dengan perkembangan digitalisasi perbankan, perseroan kini memiliki 205 kantor fisik yang tersebar di 54 kota.

"Sekarang transaksi di cabang hanya 2%, selebihnya itu sudah digital," ujarnya dalam kunjungan ke Kantor Bisnis Indonesia, Senin (4/8/2025).

Menurutnya, perilaku nasabah perbankan Indonesia, khususnya nasabah perseroan, mengalami shifting. Bahkan, usai pandemi Covid-19 mereda, nasabah juga tidak banyak kembali bertransaksi di kantor cabang.

Padahal, lanjut Parwati, di negara lain begitu pandemi mereda, nasabah masih banyak kembali ke kantor cabang bank. Meskipun demikian, OCBC memandang keberadaan kantor fisik tetap perlu. "Sekarang fungsinya beda, ibaratnya 80% untuk duduk-duduk dan ngobrol, lebih ke advisory. Jadi, konsep cabang banyak berubah," jelasnya.

Sementara itu, Direktur OCBC Ka Jit memaparkan sampai dengan 30 Juni 2025, OCBC membukukan transaksi melalui e-channel tumbuh hingga 71% year on year (YoY) dengan pengguna aktif individu internet banking dan OCBC Mobile naik sebesar 20% YoY. Tidak hanya itu, pengguna aktif OCBC Business Mobile untuk nasabah korporasi mengalami kenaikan jumlah pengguna sebesar 25% YoY.

"Sekarang ini digitalisasi bank fokusnya membangun kapabilitas aplikasi. Banyak yang transisi fokusnya ke super apps, artinya semakin banyak fitur aplikasinya semakin unggul. Kalau kita, fokusnya adalah kecanggihan yang menawarkan relevansi," ujarnya.

Keunggulan yang ditawarkan OCBC adalah satu aplikasi yang agnostik, di mana dari satu aplikasi dapat digunakan untuk semua segmen, yaitu private banking, NYALA individu dan unit usaha syariah. "Dalam menyusun roadmap, kita sesuaikan apa saja prioritasnya, untuk private bank apa, untuk NYALA apa saja," pungkasnya.

Adapun, NISP membukukan laba bersih senilai Rp2,57 triliun, tumbuh 7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau year on year (YoY) sepanjang semester I tahun ini. Pada semester I/2024, perseroan mencatatkan laba bersih senilai Rp2,39 triliun.

Pertumbuhan tersebut didukung oleh jumlah pendapatan yang meningkat sebesar 14% YoY. Dana pihak ketiga (DPK) meningkat 9% YoY menjadi Rp216,28 triliun, sedangkan kredit yang diberikan tumbuh 2% YoY menjadi Rp166,34 triliun pada periode yang sama.

Sejalan dengan penyaluran kredit tersebut, kualitas aset perseroan mengalami perbaikan, yang tercermin dari kredit bermasalah bruto (gross NPL) turun menjadi 1,9% dari 2,0% pada periode yang sama tahun lalu, lebih rendah dibandingkan rata-rata industri. Sementara rasio NPL Net stabil sebesar 0,7%.

Pada periode yang sama, likuiditas dan permodalan OCBC NISP terjaga dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 267% dan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23,6%, jauh di atas ketentuan minimum regulator.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro