Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Modal Asing Kabur Rp8,35 Triliun pada Pekan Keempat Juni 2022

BI menyebut berdasarkan data transaksi 20 Juni - 23 Juni 2022, investor non residen di pasar keuangan domestik melakukan aksi jual neto Rp8,35 triliun.
Pengunjung memotret layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. BI menyebut berdasarkan data transaksi 20 Juni - 23 Juni 2022, investor non residen di pasar keuangan domestik melakukan aksi jual neto Rp8,35 triliun. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. BI menyebut berdasarkan data transaksi 20 Juni - 23 Juni 2022, investor non residen di pasar keuangan domestik melakukan aksi jual neto Rp8,35 triliun. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik mencapai Rp8,35 triliun pada minggu keempat Juni 2022.

“Berdasarkan data transaksi 20 Juni - 23 Juni 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp8,35 triliun,” kata Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono dalam siaran pers yang dikutip Bisnis, Minggu (26/6/2022).

Erwin menjelaskan, dari jumlah tersebut, aliran modal asing yang keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp5,25 triliun.

Pada saat yang sama, tercatat aliran modal asing yang keluar dari pasar saham mencapai Rp3,10 triliun.

Adapun, sepanjang 2022 atau hingga 23 Juni 2022 (year-to-date/ytd), tercatat sebesar Rp105,09 triliun modal asing keluar dari pasar SBN dan masuk ke pasar saham sebesar Rp67,55 triliun.

Sejalan dengan itu, premi risiko investasi (credit default swap/CDS) Indonesia 5 tahun naik ke level 130,99 bps per 23 Juni 2022, dari 130,84 bps per 17 Juni 2022.

Erwin menyampaikan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, juga terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa tekanan rupiah mengalami peningkatan sejalan dengan mata uang regional lainnya, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Tercatat, nilai tukar rupiah pada 22 Juni 2022 terdepresiasi 1,93 persen (point-to-point/ptp) dibandingkan akhir Mei 2022.

“Depresiasi tersebut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global,” kata Perry.

Sementara itu, nilai tukar rupiah sepanjang tahun berjalan atau hingga 22 Juni 2022 terdepresiasi sekitar 4,14 persen ytd dibandingkan dengan level akhir 2021.

Perry mengatakan tingkat depresiasi tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 5,17 persen, Malaysia 5,44 persen, dan Thailand 5,84 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper