Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BBNI dipastikan tidak akan menggelar aksi penambahan modal melalui mekanisme rights issue. Tebalnya permodalan menjadi alasan dibalik batalnya aksi korporasi tersebut.
“Dapat kami sampaikan, rights issue BNI yang rencananya digelar pada tahun ini kemungkinan besar batal dilaksanakan,” ujar Corporate Secretary BNI Mucharom kepada Bisnis, Selasa (28/6).
Dia menyatakan bahwa batalnya pelaksanaan rights issue diambil karena kondisi permodalan emiten bank dengan ticker BBNI ini masih dinilai mumpuni untuk mendukung rencana ekspansi bisnis sepanjang tahun ini.
Kabar rights issue BNI pertama kali dilontarkan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam Rapat Kerja di Komisi VI DPR pada akhir 2021. Kala itu, Erick mengatakan aksi korporasi tersebut akan menjadi bagian dari upaya memperkuat permodalan BNI guna mendorong aktivitas ekspor Indonesia.
Di sisi lain, Mucharom menuturkan bahwa sampai dengan Maret 2022, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perseroan berada di posisi 19,3 persen. Angka ini naik 120 basis poin secara tahunan (year-on-year/yoy). Adapun, rasio kecukupan modal inti atau tier I mencapai 17,3 persen
“Kami melihat bahwa dengan kondisi permodalan sampai Maret 2022 ini sudah cukup baik dan mampu untuk mengantispasi pertumbuhan BNI yang akan datang,” kata Mucharom.
Secara profitabilitas, pertumbuhan BNI juga masih menunjukkan tren positif. Artinya, kata Mucharom, penambahan modal secara organik dan profitabilitas bisa diharapkan dari tahun-tahun mendatang.
Sementara itu, sampai dengan Mei 2022, perseroan membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp7,33 triliun pada Mei 2022. Capaian ini meningkat 65,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan ini sejalan dengan naiknya pendapatan bunga bersih, dan beban operasional yang menyusut. Beban operasional tercatat menyusut 27,26 persen yoy menjadi Rp7,38 triliun, sementara pendapatan bunga bersih naik 3 persen yoy menjadi Rp16,26 triliun.
Mucharom juga menyatakan bahwa ruang untuk ekspansi BNI juga masih terbuka. Hal ini tecermin dari loan to deposit ratio (LDR) yang berada di level 85,02 persen.