Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Prospek Saham ARTO Hingga Roller Coaster Harga BBM

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia bakal membawa bank digital, seperti PT Bank Jago Tbk., pada tantangan persaingan yang baru.
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Bisnis/Abdurachman
Nasabah berada di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia bakal membawa industri perbankan pada tantangan persaingan yang baru setelah 2 tahun terakhir menikmati era suku bunga rendah. Bagi bank digital, seperti PT Bank Jago Tbk., tantangannya boleh jadi bakal lebih berat.

Kenaikan suku bunga acuan secara perlahan bakal memaksa bank-bank untuk mulai menyesuaikan lagi suku bunga simpanan dan kreditnya. Jika suku bunga simpanan bank-bank besar papan akhirnya meningkat, besar kemungkinan nasabah penabung di bank digital akan beralih ke sana.

Ulasan tentang bagaimana dampak dan prospek Bank Jago dengan adanya kenaikan suku bunga ini menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, selain beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.

Berikut intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id yang menjadi pilihan editor, Minggu (4/9/2022):

 

1. Komitmen BCA Digital Kalahkan Layanan Pinjol

Kehadiran perbankan digital sejatinya bertujuan untuk menyasar pasar yang relatif sama dengan yang selama ini disasar oleh layanan financial technology atau fintech lending, yakni masyarakat kecil yang selama ini kesulitan mengakses layanan keuangan formal. 

Fintech lebih dahulu menjamur dan memberikan layanan alternatif yang unik, khususnya melalui model peer-to-peer (P2P), yang menghubungkan langsung antara pemilik dana dengan pihak yang membutuhkan pinjaman.

Jauh-jauh hari, ketika PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), yakni bank swasta terbesar di Tanah Air, merintis pembentukan bank digitalnya sendiri, yakni PT Bank Digital BCA, visi untuk mengalahkan fintech ini sudah mencuat.

Pada medio April 2021, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, pernah berujar bahwa suku bunga kredit dari BCA Digital akan lebih kompetitif dari perusahaan fintech. Kala itu, BCA Digital masih dalam proses pengembangan. Baru pada 22 Juli 2021, bank digital milik BCA itu resmi meluncur.

 

2. Mengukur Prospek Saham Bank Jago (ARTO) di Era Suku Bunga Tinggi

Bank digital ini selama ini masih dipersepsikan sebagai bank digital dengan prospek paling cerah, sebab didukung oleh ekosistem raksasa yang dibangun oleh dua startup digital paling sukses di Indonesia, yakni Gojek dan Tokopedia.

Namun, di tengah tantangan kenaikan suku bunga, Emiten bank digital besutan Jerry Ng, PT Bank Jago Tbk. (ARTO) berpotensi terkena dampak kenaikan suku bunga yang lebih besar dibandingkan dengan bank-bank besar. Hingga kini valuasi sahamnya sudah tergolong sangat mahal, sehingga rentan mengalami koreksi.

 

3. Menilik Prospek IPO Black Diamond Resources (COAL)

Di tengah momentum panasnya harga batu bara tahun ini, bakal segera hadir emiten pendatang baru, yakni PT Black Diamond Resources Tbk. (COAL). Seberapa menarik kinerja keuangannya?

Masa penawaran umum calon emiten ini bakal segera berakhir pekan depan, Senin (5/9). Selanjutnya, saham perseroan akan segera dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada Rabu (7/9). Sejak itu, investor sudah dapat memperjualbelikan sahamnya di pasar.

Perusahaan ini melakukan initial public offering (IPO) dengan melepas 1,25 miliar saham baru dengan nominal rendah, yakni hanya Rp10 per saham. Saat penawaran awal, perseroan menawarkan harga IPO di level Rp100 hingga Rp130, tetapi akhirnya diperoleh harga final Rp100.

Jumlah saham baru tersebut bakal setara dengan 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah aksi korporasi ini rampung. Dengan jumlah saham yang dilepas dan harga yang telah ditentukan tersebut, maka COAL akan memperoleh dana Rp125 miliar dari aksi ini.

 

4. Bak Roller Coaster, Harga BBM Naik Turun di Era Jokowi

Presiden Joko Widodo akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar subsidi, dan Pertamax mulai Sabtu (3/9/2022). Tak memberi waktu lama, kenaikan harga BBM tersebut berlaku efektif satu jam sejak saat diumumkan, tepatnya pada pukul 14.30 WIB.

Pengumuman kenaikan harga BBM tersebut disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Dengan kebijakan tersebut, pemerintah menaikkan harga Pertalite menjadi Rp10.000 per liter dari sebelumnya Rp7.650 per liter.

Sementara itu, harga Solar subsidi naik menjadi Rp6.800 per liter dari sebelumnya Rp5.150 per liter. Kemudian, untuk BBM nonsubsidi jenis Pertamax, pemerintah menaikkan harga Pertamax dari menjadi Rp14.500 per liter dari sebelumnya Rp12.500 per liter.

Bak roller coaster, selama 8 tahun pemerintahan Jokowi, kebijakan yang menaikkan ataupun menurunkan harga BBM ini sudah beberapa kali dilakukan. Pada awal jabatannya, Jokowi juga sempat menaikkan harga BBM subsidi meskipun 1,5 bulan setelahnya kembali menurunkan harga komoditas subsidi tersebut.

 

5. Pacu Produksi Udang, BRIN Turun Tambak

Pemerintah membutuhkan tambahan produksi sekitar 1,7 juta ton per tahun untuk menggapai target peningkatan nilai ekspor sebesar 250% pada 2024 menjadi US$4,25 miliar. BRIN menjajal bahwa mikroba unggul untuk meningkatkan produktivitas budidaya.

Target peningkatan nilai ekspor udang sebesar 250% pada 2024 merupakan arahan Presiden Joko Widodo yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020. Dengan capaian tersebut, Indonesia bisa masuk top 5 eksportir perikanan dunia.

Pada 2019, produksi 2019 udang nasional sebanyak 856.753 ton. Adapun nilai ekspor komoditas perikanan ini sebesar US$1,7 miliar. Dengan asumsi harga udang di pasar dunia tak mengalami perubahan, dibutuhkan volume ekspor 8,4 juta ton untuk mencapai target nilai ekspor US$ 4,25 miliar.

Dengan demikian, dibutuhkan tambahan produksi rata-rata 1,68 juta ton setiap tahun dalam periode lima tahun hingga 2024. Saat ini, Indonesia berkontribusi 6,9% terhadap pemenuhan pasar udang dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nurbaiti
Editor : Nurbaiti
Sumber : Bisnisindonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper