Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Kaji Peluang Naikkan Bunga Pinjaman dan Simpanan

Perbankan mulai mengkaji untuk menaikkan bunga pinjaman dan simpanan seiring dengan naiknya suku bunga acuan.
Ilustrasi bunga bank
Ilustrasi bunga bank

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah perbankan mulai mengkaji untuk menaikkan bunga pinjaman dan simpanan seiring dengan naiknya suku bunga acuan. Perbankan terus melihat kondisi pasar dan menunggu. 

Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Aestika Oryza Gunarto mengatakan perseroan tentu akan melakukan penyesuaian suku bunga seiring dengan kenaikkan suku bunga acuan, tetapi secara teknis, penyesuaian suku bunga kredit tidak bisa dilakukan serta merta begitu suku bunga acuan berubah.

“Hal tersebut dikarenakan oleh berbagai faktor, di antaranya faktor likuiditas serta struktur simpanan dan pinjaman yang berbeda beda antar masing-masing bank,” kata Aestika kepada Bisnis, Jumat (23/9/2022).

Adapun untuk menjaga pertumbuhan di tengah kenaikkan suku bunga acuan dan inflasi, kata Aestika, perseroan akan tetap fokus pada empat strategi yaitu selective growth, maintenance quality, focus on high yield loan dan efficient liability growth dengan memacu dana murah (Current Account Saving Account/CASA).

Strategi tersebut terbukti telah membuat penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit BRI tumbuh positif secara tahunan, meskipun pertumbuhannya tidak setinggi apabila dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya.

“Dalam menghadapi kenaikan suku bunga, BRI berencana untuk meningkatkan CASA secara gradual dari ~63 persen pada 2021, menjadi ~66 persen pada full year 2024 dengan cara: wholesale transaction, penetrasi digital saving BRI, dan hyperlocal ecosystem pada segmen mikro,’ kata Aestika.

Sementara itu Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. Lani Darmawan mengatakan perseroan masih menunggu dan melihat kondisi pasar sebelum memutuskan untuk menaikkan suku bunga pinjaman dan simpanan.

Perseroan saat ini fokus dalam menghimpun dana murah yang lebih stabil. Adapun untuk kredit akan bergantung dari perkembangan cost of fund atau beban dana.

“Namun melihat sudah 2 kali kenaikan rate, saya rasa perubahan suku bunga akan tidak terelakan,” kata Lani.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen, suku bunga Deposit Facility  sebesar 50 bps menjadi 3,50 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,00 persen.

Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3,0±1 persen pada paruh kedua 2023, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper