Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Naik Tembus Rekor 2 Tahun, Intip Strategi Bank BJB (BJBR), Bank Ina (BINA) & Bank Oke (DNAR)

Kenaikkan suku bunga acuan yang lebih tinggi pada RDG September 2022 dibandingkan dengan RDG Agustus 2022, disikapi secara beragam oleh perbankan.
Nasabah melakukan transaksi menggunakan ATM Bank BJB di Bogor, Jawa Barat, Minggu (3/7/2022)./Bisnis - Himawan L Nugraha
Nasabah melakukan transaksi menggunakan ATM Bank BJB di Bogor, Jawa Barat, Minggu (3/7/2022)./Bisnis - Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikkan suku bunga acuan yang mencapai 50 bps dalam rapat dewan gubernur (RDG) September 2022 lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikkan suku bunga acuan pada RDG Agustus 2022 (25 bps). Perbankan menyikapi kondisi ini dengan strategi yang berbeda-beda. 

Direktur PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah menilai kenaikan suku bunga acuan pada September 2022 cukup signifikan. Dia mengatakan awalnya perseroan memperkirakan kenaikkan terjadi secara gradually sebesar 25 bps. Namun, ternyata BI menaikkan hingga 50 bps menjadi 4,25 persen.  

“Oleh karena itu, kami memang harus meninjau kembali suku bunga kredit dalam 1 - 2 bulan ke depan,” kata Efdinal kepada Bisnis, Jumat (23/9/2022). 

Sementara itu Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) Daniel Budirahayu mengatakan perseroan masih menunggu penyesuaian suku bunga lembaga penjamin simpanan (LPS). Meski demikian, dia tidak menampik bahwa di pasar, suku bunga simpanan berjangka sudah mulai merangkak naik. 

“Di market suku bunga deposito sudah mulai bergerak,” kata Daniel. 

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. Yuddy Renaldi mengatakan kenaikan suku bunga acuan akan berdampak terhadap permintaan bunga yang diberikan kepada deposan. 

“Suku bunga DPK akan menyesuaikan terhadap permintaan hanya besarannya yang belum tentu sebesar kenaikan acuan,” kata Yuddy. 

Dia mengatakan pada tahun ini perseroan memperoleh kenaikkan rating dari lembaga pemeringkatan pefindo satu notch menjadi Double A, dengan demikian perseroan melihat juga deposan-deposan besar dapat menilai profil risiko yang lebih baik terhadap Bank BJB sehingga ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga yang diberikan oleh Bank BJB pun tidak terlampau tinggi.

Yuddy mengatakan sampai dengan Juli 2022 DPK maupun kredit perseroan tumbuh positif meskipun untuk DPK pertumbuhannya single digit yaitu 4,8 persen yoy. Pertumbuhan tersebut tetap dapat mendorong LDR perseroan lebih optimal menjadi 87,8 persen dari sebelumnya di Juni 2022 sebesar 80,16 persen.

Di sisi kredit momentum pertumbuhannya terjaga dengan baik, tumbuh 14.7 persen, berada di atas pertumbuhan industri. 

“Kami terus mendorong pertumbuhan pada segmen-segmen yang potensial dan permintaannya cukup tinggi dengan ekspansi secara terukur dan efektif sehingga pertumbuhan yang tinggi tersebut tetap dapat terjaga kualitasnya,” kata Yuddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper