Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga BI jadi 4,25 Persen, Begini Perkiraan Periode Transmisi ke Pinjaman

Perbankan di Tanah Air diperkirakan akan mulai menaikkan suku bunga pinjaman seperti KPR hingga pinjaman kredit pada kuartal IV/2022.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat memprediksi perbankan di Tanah Air akan mulai menaikkan suku bunga pada kuartal IV/2022. Kenaikan bunga pinjaman KPR hingga kredit ini sebagai dampak putusan Bank Indonesia (BI) yang menaikan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.

“[Waktu yang tepat bagi perbankan menaikkan suku bunga] triwulan IV/2022 untuk melihat dulu kondisi ekonomi, inflasi, dan daya beli masyarakat pasca kenaikan BBM [bahan bakar minyak],” kata Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin kepada Bisnis, Jumat (23/9/2022).

Sampai dengan Agustus 2022, BI mencatat kondisi likuiditas perbankan pada tetap terjaga yang didukung pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 7,77 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), meski lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Juli 2022 sebesar 8,59 persen.

Secara umum, Amin melihat daya tahan industri perbankan masih tetap moncer, baik dari sisi likuiditas maupun permodalan. Meski demikian, perbankan masih perlu mengejar modal inti minimum yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni Rp3 triliun pada akhir 2022 untuk bank umum dan bank pembangunan daerah (BPD) pada 2024.

Merujuk rasio permodalan, terpantau rasio indikator permodalan perbankan tetap kuat dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tetap tinggi sebesar 24,86 persen pada Juli 2022. Seiring dengan kuatnya permodalan, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tercatat 2,90 persen (bruto) dan 0,82 persen (neto).

“Jadi ini [kenaikan suku bunga] akan memberikan dampak cukup signifikan saat itu [2023], jika tidak diantisipasi dari sekarang,” pungkas Amin.

Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah menilai perbankan tidak perlu menunggu waktu yang tepat untuk mengerek suku bunga. Menurutnya, sebelum bank mengalami tekanan likuiditas, maka perbankan akan segera menaikkan suku bunga untuk menjaga likuiditas.

“Kondisi bank berbeda-beda dan keputusan suku bunga juga berbeda-beda. Jadi tidak bisa diprediksikan kapan, ada yang bulan depan dan ada yang beberapa bulan ke depan [menaikkan suku bunga],” jelas Piter.

Berdasarkan perhitungannya, Piter memandang bahwa kenaikan suku bunga menjadi 4,25 persen belum berdampak besar kepada NPL perbankan. 

 “Indikator likuiditas dan permodalan perbankan kita masih cukup kuat untuk bertahan atas kenaikan suku bunga ini,” kata Piter.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) Daniel Budirahayu menyatakan pihaknya telah mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia, meski jauh dari perkiraan perseroan.

“Kami sudah antisipasi kenaikan suku bunga acuan BI, walaupun perkiraan kami hanya 25 bps tetapi ternyata 50 bps, ada baiknya juga untuk meredam inflasi dan nilai tukar,” ujar Daniel.

Namun, dia meyakini bahwa kenaikan suku bunga acuan hanya berpengaruh sedikit terhadap target DPK dan kredit perseroan. Tercatat, per Juli 2022, DPK yang dimiliki Bank Ina tumbuh 75,31 persen yoy dari Rp9,71 triliun menjadi Rp17,03 triliun. Di sisi lain, kredit perseroan juga naik 148,6 persen yoy menjadi Rp7,62 triliun, dari sebelumnya bernilai Rp3,06 triliun.

Lebih lanjut, Daniel mengatakan dari segi likuiditas masih terjaga aman dan NPL juga tidak berdampak langsung selama ekonomi masih tumbuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper