Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pengelola informasi perkreditan PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) mengingatkan lembaga penyalur kredit seperti leasing hingga perbankan tetap berhati-hati, kendati jumlah debitur berisiko tinggi terus menurun dalam beberapa bulan belakangan.
Direktur Utama IdScore Yohanes Arts Abimanyu mengungkap secara umum tren penurunan debitur berisiko tinggi (high risk) dan berisiko sangat tinggi (very high risk) sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional pascapandemi Covid-19.
"Berdasarkan data kami, kabar gembira datang dari perbaikan profil risiko di semua segmen sejak Maret 2022. Artinya, banyak debitur yang pulih setelah pandemi mereda. Namun, lembaga keuangan tetap perlu berhati-hati, karena ada indikasi kenaikan kembali pada Juli 2022," ujarnya ketika ditemui dalam diskusi terbatas di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (29/9/2022).
Sebagai informasi, data pengukuran profil risiko IdScore per Juli 2022 mencakup portofolio kredit dan pembiayaan senilai Rp15.199,14 triliun di seluruh Indonesia. Jumlah debitur mencapai 61,47 juta, yang menggenggam 286,6 juta kontrak kredit atau pembiayaan.
IdScore mencatat porsi debitur dengan profil risiko high risk dan very high risk dalam portofolio terus dalam tren menurun, tepatnya masing-masing dari 59,1 persen dan 38 persen pada Maret 2022, menjadi 48,8 persen dan 33,2 persen per Juli 2022.
Sejalan dengan tren tersebut, porsi debitur very low risk, low risk, dan average per Juli 2022 masing-masing turun menjadi 2,8 persen, 5,8 persen, dan 9,4 persen, tercatat lebih baik ketimbang Maret 2022 yang masing-masing hanya 0,1 persen, 0,5 persen, dan 2,3 persen.
Baca Juga
Lebih spesifik, profil risiko debitur khusus bank umum dan bank pembangunan daerah (BPD) per Maret 2022 di kategori high risk dan very high risk sempat menyentuh masing-masing 59,5 persen dan 35,5 persen. Namun, per Juli 2022 turun menjadi 47,6 persen dan 29,8 persen.
Sementara untuk profil risiko debitur multifinance, debitur high risk dan very high risk per Maret 2022 menembus 62,1 persen dan 37 persen. Bahkan, debitur very high risk masih memuncak ke 45,3 persen per April 2022. Kedua kategori mulai turun dalam beberapa bulan berikutnya, sehingga per Juli 2022 menjadi 52,1 persen dan 36,6 persen.
Ke depan, Abi mengingatkan agar para bank dan multifinance agar tak cepat terlena dengan tren positif ini, karena ada potensi pemburukan profil risiko debitur dalam waktu dekat.
Potensi tersebut salah satunya merupakan akibat fenomena kenaikan harga BBM dan potensi lonjakan inflasi, yang akhirnya membawa Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan pada Agustus 2022 dan September 2022.
"Kondisi jelang resesi akan menjadi tantangan baru. Debitur bank tentu akan kena dampak, walaupun lebih minim. Sementara multifinance yang notabene mengincar segmen dengan risk grade di bawah perbankan, jelas akan terdampak duluan, sehingga justru harus lebih berhati-hati," tambahnya.
Namun, kendati ada potensi pemburukan profil risiko debitur, Abi masih optimistis pertumbuhan kredit perbankan sampai akhir 2022 masih tetap terjaga di kisaran target 7--9 persen (year-on-year/yoy) ketimbang tahun lalu.
"Terlebih, realisasi pertumbuhan [penyaluran kredit] per Agustus 2022 sudah menembus 10,62 persen [you]. Bank tentu tidak akan terburu-buru mengerek suku bunga untuk menjaga tren pertumbuhan tersebut," ungkapnya.
Namun, tantangan buat bank akan berasal dari sisi apakah kebijakan restrukturisasi lanjut atau tidak, serta keputusan otoritas untuk mengerek giro wajib minimum (GWM) yang akan membuat sebagian bank mengalami penurunan likuiditas dalam menyalurkan kredit.
Beralih ke segmen debitur bank perkreditan rakyat (BPR), profil risiko very high risk justru telah naik menjadi 38,9 persen per Juli 2022 ketimbang dua bulan belakangan yang berada di kisaran 34 persen. Namun, kinerja ini masih lebih baik ketimbang April 2022 yang masih 41,9 persen.
"BPR mengalami tren berbeda, karena pada prinsipnya mengincar segmen debitur di bawah bank dan multifinance. Maka dari itu, kami akan terus berusaha menyentuh lebih banyak BPR untuk menjadi member kami, supaya peningkatan awareness soal mitigasi risiko calon debitur menjadi lebih baik," jelas Abi.
Sebagai informasi, saat ini lembaga keuangan yang menjadi klien IdScore mencapai 359 entitas per Agustus 2022, terdiri dari 44 bank umum, 58 BPR, 62 multifinance, 105 platform teknologi finansial P2P lending, dan lembaga lain-lain. Data kelolaan mencakup 92 juta debitur individu dan 530.000 debitur badan usaha.
Sementara itu, Direktur IdScore Wahyu Trenggono menilai apabila aktivitas perekonomian tetap berjalan lancar dan inflasi masih terkendali dengan baik, ada kemungkinan porsi debitur high risk dan very high risk tidak akan meningkat secara signifikan.
"Setiap ada gejolak perekonomian, sudah pasti membuat persentase profil risiko debitur bergeser ke arah lebih berisiko. Namun, barangkali tidak sebesar seperti dampak pandemi lalu. Mungkin saja yang banyak berkurang hanya dari yang very low risk dan low risk menjadi menengah," jelasnya dalam kesempatan yang sama.