Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Blak-blakan soal Arah Kebijakan Suku Bunga, Bakal Naik?

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo blak-blakan soal kebijakan suku bunga acuan. Bakal naik atau tetap?
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI), Selasa (23/8/2022)/Youtube Bank Indonesia
Tangkapan layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI), Selasa (23/8/2022)/Youtube Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo buka suara soal instrumen kebijakan moneter bank sentral, termasuk penetapan suku bunga acuan, di tengah ancaman resesi dan ketidakpastian global yang tinggi. 

“Kebijakan moneter dalam menghadapi gejolak global dan mengendalikan inflasi kami arahkan untuk pro-stabilitas,” katanya di acara Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10/2022).

Perry mengatakan bahwa Bank Indonesia dalam 2 bulan terakhir telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,75 persen. Keputusan tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk memastikan inflasi kembali pada sasaran 2–4 persen pada kuartal III/2022.

“Kami meyakini bersama pemerintah, kami bisa mencapai itu sehingga inflasi pada kuartal III/2023 akan berkisar 3,5–3,6 persen dan pada kuartal IV/2023 akan kembali sekitar 3 persen,” jelasnya.

Menurutnya, laju inflasi di dalam negeri memang diperkirakan terus meningkat.

Namun, lanjutnya, dengan respons kebijakan dan koordinasi yang kuat bersama dengan pemerintah, inflasi di dalam negeri dapat dijaga lebih rendah dibandingkan negara lain.

“Oleh karena itu, respons suku bunga [BI] tidak seagresif the Fed maupun seperti negara lain,” kata dia.

Perry mengatakan BI juga terus melakukan intervensi di pasar valas, baik melalui stratehi triple intervention maupun twist operation, untuk memastikan nilai tukar rupiah stabil, juga mengendalikan imported inflation.

Menurutnya, BI telah melakukan intervensi baik di pasar spot, DNDF, juga operasi di pasar SBN sekunder.

"Kami lakukan pembelian dan penjualan SBN sehingga yield SBN tetap menarik bagi investor luar negeri, tapi tidak membebani biaya fiskal,” jelasnya.

Adapun, BI akan menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Oktober 2022 pada Kamis (20/10/2022). BI diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya untuk menjangkar ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas rupiah.

Di kesempatan terpisah, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa kondisi nilai tukar dan pasar modal domestik cenderung terkoreksi di tengah sentimen kenaikan suku bunga the Fed yang tetap agresif mengingat inflasi di AS masih cenderung tinggi. 

Josua memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur Oktober ini sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen.

Dia menjelaskan, keputusan kenaikan suku bunga acuan tersebut diperlukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi, khususnya second round effect dari penyesuaian harga BBM pada September lalu.

Selain itu, kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin tersebut juga untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan lebih agresif pada November 2022 menyusul data inflasi yang masih tinggi di AS.

“Kenaikan BI7DRR [BI-7 Day Reverse repo Rate] juga merupakan langkah pre-emptive mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed pada bulan November mendatang sebesar 75 basis poin menjadi 4 persen,” kata Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper