Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) diprediksi akan menaikan suku bunga acuan (BI-7 Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Oktober 2022.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan bahwa kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah Bank Indonesia untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.
Di samping itu, kenaikan suku bunga juga sebagai langkah untuk mengantisipasi lonjakan inflasi ke depan. Pasalnya, laju inflasi diperkirakan tetap tinggi hingga akhir tahun.
“Kami prediksi suku bunga acuan naik 50 basis poin pada RDG bulan ini, dikarenakan depresiasi rupiah dan lanjutan second round effect dari kenaikan harga BBM pada inflasi,” katanya kepada Bisnis, Rabu (19/10/2022).
Faisal mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah yang disebabkan oleh penguatan dolar Amerika Serikat saat ini belum mencerminkan level fundamentalnya.
Menurutnya, rupiah masih berpotensi menguat pada akhir ke level Rp14.900 hingga Rp15.100 per dolar AS, tentunya dengan didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi terjaga, dan manajemen fiskal yang baik.
Senada dengan Faisal, Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan suku bunga acuan akan kembali dinaikkan sebesar 50 basis poin.
Kenaikan suku bunga menurutnya diperlukan untuk menjangkar kenaikan inflasi, serta untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang tertekan akibat keluarnya arus modal asing dari pasar keuangan domestik.
“Kita lihat inflasi on track naik terus dan rupiah tertekan karena capital outflow akibat The Fed yang agresif. Jadi BI perlu kasih signal bahwa kita juga siap catch up agar rupiah tidak tertekan,” jelasnya.
Dia memperkirakan suku bunga acuan pun masih berpotensi mengalami kenaikan sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen pada akhir 2022.
Hal ini dikarenakan laju inflasi yang diperkirakan masih meningkat tinggi. Faiz memperkirakan tingkat inflasi hingga akhir tahun akan mencapai 6,49 persen (year-on-year/yoy).