Bisnis.com, JAKARTA — PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) optimistis terhadap bisnis nya pada tahun ini dan tahun depan mengalami pertumbuhan. Optimisme ini seiring dengan stimulus pemerintah yang dinilai positif bagi bisnis pembiayaan.
Direktur Operasional dan Keuangan BRI Finance Willy Halim Sugiardi mengatakan, perusahaan hingga Oktober 2022 sudah menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp4,1 triliun. Jumlah ini mengalami pertumbuhan 35 persen jika dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya.
“Kami optimis dapat mencapai target penyaluran pembiayaan baru lebih dari Rp5 triliun hingga akhir 2022, dan kami juga optimistis terhadap penyaluran pembiayaan pada tahun depan, meskipun ada potensi perlambatan ekonomi. Optimisme ini juga didukung oleh pembiayaan kendaraan yang sangat luas dan dukungan dari induk BRI,” ujar Willy dalam keterangan yang diterima Bisnis, Jumat (4/11).
Seperti diketahui, ke depan perekonomian global kembali dihadapkan pada potensi krisis dan resesi. Hal ini disebabkan inflasi yang sangat tinggi dan direspon oleh berbagai bank sentral di berbagai negara dengan cara meningkatkan suku bunga. Kemudian juga tantangan dari krisis di Ukraina dan Rusia yang mengakibatkan adanya krisis pangan dan energi.
Dalam merespon hal tersebut, Bank Indonesia (BI) baru-baru ini memperpanjang kebijakan uang muka atau down payment (DP) kredit kendaraan bermotor menjadi paling sedikit 0 persen untuk semua jenis kendaran bermotor baru. Kebijakan tersebut awalnya akan berakhir pada penghujung tahun ini. Namun BI memperpanjang insentif ini yang berlaku efektif pada 1 Januari 2023 sampai 31 Desember 2023, dengan harapan dapat mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif.
Dengan diperpanjangnya kebijakan tersebut, Willy mengatakan sebagai perusahaan pembiayaan BRI Finance menyambut positif. Pasalnya, kebijakan tersebut menjadi salah satu dasar pihaknya lebih optimistis menatap pasar di tengah ekonomi yang menantang.
Baca Juga
“Kami melihat perpanjangan kebijakan ini merupakan implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit dan membantu dari sisi konsumen. Dengan kebijakan ini diharapkan minat konsumen untuk membeli kendaraan bermotor dan mengajukan kredit akan tetap tinggi,” ujar dia.
Kebijakan serupa yang selama ini ditempuh BI guna menjaga daya beli setelah krisis ekonomi karena pandemi, menurut Willy cukup ampuh pula mendongkrak pasar. Oleh karena itu, menurutnya ketika kebijakan DP minimal 0 persen diperpanjang, akan menghasilkan dampak positif yang sama seperti sebelumnya. Sebab, kata dia, tantangan terbesar yang akan dihadapi ke depan adalah kenaikan suku bunga yang tentunya sangat berpengaruh di bisnis pembiayaan.
“Kebijakan tersebut sebenarnya bermaksud baik untuk membantu konsumen dalam memenuhi kebutuhan akan kendaraan. Terutama pada saat pandemi dan akhir tahun ini atau tahun depan yang akan ada potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Secara umum kebijakan tersebut bisa mendongkrak pasar,” ujar dia.