Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan suku bunga acuan akan kembali dinaikkan sebesar 25 basis poin menjadi 5 persen.
Dia mengatakan, kebijakan untuk menaikkan suku bunga tersebut sebagai langkah kebijakan untuk menjangkar ekspektasi inflasi sehingga inflasi inti tahun 2023 akan kembali pada target sasaran 2—4 persen.
“Selain itu, kenaikan suku bunga acuan BI pada bulan ini ditujukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” katanya kepada Bisnis, Rabu (16/11/2022).
Josua mengatakan, tekanan pada rupiah diperkirakan masih tinggi karena terdapat potensi bank sentral Amerika Serikat (AS), the Fed, yang masih akan melanjutkan untuk menaikkan suku bunganya hingga kuartal I/2023.
Sementara itu, the Fed diperkirakan akan mulai mengurangi agresivitas kenaikan suku bunga acuan, yang diperkirakan pada pertemuan FOMC Desember akan meningkat sebesar 50 basis poin.
Hal ini sejalan dengan tingkat inflasi di negara itu yang melandai ke level 7,7 persen pada Oktober 2022.
“Dengan langkah kebijakan untuk menjangkar tingkat inflasi dan stabilitas rupiah, maka kondisi ekonomi Indonesia tahun depan diharapkan akan tetap resilien di tengah kondisi ekonomi global terutama negara-negara maju yang berpotensi mengalami resesi,” kata Josua.
Pada Oktober 2022, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin. Keputusan ini disebut BI sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 2–4 persen lebih awal yaitu pada semester pertama 2023.
Di samping itu, keputusan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat semakin kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.