Bisnis.com, JAKARTA – PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Indonesia) melihat volatilitas pasar finansial global menjadikan masyarakat lebih aware akan risiko profil yang ada dalam portofolio polis asuransi.
Chief Investment Officer Allianz Indonesia Ni Made Daryanti menuturkan bahwa kenaikan inflasi terjadi di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia, direspons oleh sejumlah bank sentral di dunia dengan menaikkan suku bunga. Namun demikian, suku bunga yang dinaikkan oleh Bank Indonesia (BI) tidak seagresif yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat.
Bukan hanya dari sisi moneter, Made menyebut bahwa volatilitas keuangan global juga berdampak pada industri asuransi di Tanah Air. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendapatan premi asuransi mengalami penurunan pada kuartal III/2022.
Made menuturkan bahwa premi asuransi pendapatan mengalami penurunan 3,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Di sisi lain, produk unit link masih tetap diminati, namun ada pergeseran ke asuransi tradisional.
Jika merujuk data, ujar Made, unit-linked masih menjadi komponen yang mendominasi dengan angka sekitar mencapai 57 persen dan asuransi tradisional mulai terlihat naik. Namun, unit-linked turun 11 persen sedangkan asuransi tradisional naik 8,5 persen pada kuartal III/2022.
“Nasabah semakin berhati-hati dan mulai menyesuaikan profil risiko. Jadi ada sisi positifnya keadaan yang menyebabkan volatilitas ini,” ujar Made dalam Webinar Media Discussion & Allianz Indonesia Journalist Writing/Photo Competition 2022 bertajuk "Economy Outlook 2023 & Inflation-Recession Pressure: What does it means for insurance and media insurance", Selasa (20/12/2022).
Baca Juga
Adapun, Made mengungkapkan setidaknya terdapat tiga kondisi yang dihadapi sejumlah industri asuransi di 2022. Pertama, permintaan asuransi menurun, namun kesadaran akan pentingnya asuransi tetap ada.
Kedua, nasabah semakin selektif terhadap produk asuransi, mulai dari uang pertanggungan hingga faktor investasi seperti risiko profil. Ketiga, masih rendahnya literasi keuangan.
“Literasi keuangan mengalami peningkatan dari sebelumnya 38 persen menjadi sekitar 49,7 persen. Tapi porsi dari literasi keuangan di sisi asuransi masih lumayan agak rendah, yaitu sekitar 31 persen secara literasi dan secara inklusi sebesar 16 persen,” tuturnya.
Dengan sejumlah kondisi tersebut, terutama masih rendahnya literasi di sisi asuransi, Allianz berkomitmen untuk ikut berpartisipasi memberikan literasi keuangan, pemahaman mengenai asuransi, hingga membantu pemerintah dan masyarakat umum.
Made menyatakan bahwa komitmen itu dilakukan melalui 283 acara literasi keuangan dengan penerima manfaat mencapai lebih dari 329.000 peserta per November 2022. Di samping itu, Allianz juga memberikan informasi terkait asuransi kepada segala segmen di masyarakat, mulai dari financial planning, laporan arus kas, hingga literasi keuangan dalam bentuk board game agar masyarakat lebih mudah memahami aspek keuangan.
Tercatat, sampai dengan November 2022, Allianz sudah mengasuransikan sekitar 13 juta polis dan membidik 15 juta polis di periode 2025. Hal itu seiring dengan optimisme terhadap kondisi ekonomi Indonesia masih kuat dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memiliki dan memahami polis asuransi.
“Harapan Allianz di 2023 akan melindungi lebih banyak lagi masyarakat Indonesia target kita 2025 sebanyak 15 juta yang akan insured, kami akan terus berinovasi untuk solusi proteksi dan juga layanan fokus pada spin-off syariah di 2023,” tutupnya.