Bisnis.com, JAKARTA – Investasi Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) di PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. mencuat seiring dengan polemik kenaikan ongkos haji tahun ini.
Sebagai informasi, BPKH saat ini merupakan pemegang saham mayoritas Bank Muamalat dengan porsi kepemilikan mencapai 82,65 persen.
BPKH masuk menjadi pengendali Muamalat seiring dengan upaya menyelamatkan bank syariah tertua di Indonesia dari tumpukan aset bermasalah.
Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Fadlul Imansyah mengatakan bahwa pengelolaan investasi dana haji, termasuk di Bank Muamalat dilaksanakan dengan prudent dan sudah sesuai dengan ketentuan serta regulasi dari Undang-Undang yang berlaku.
Fadlul menjelaskan bahwa sebanyak 70 persen investasi dikelola di surat berharga syariah negara (SBSN), sedangkan sisanya sebesar 30 persen ditempatkan di deposito perbankan syariah.
"Saat ini BPKH, hampir 70 persen masuk ke dalam investasi surat berharga syariah negara [SBSN]. Adapun sisanya, sebanyak 30 persen ditempatkan ke dalam penempatan deposito di perbankan syariah nasional," ujarnya usai acara paparan ke media 'Biaya Haji 2023 Naik?' di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Fadlul juga menyampaikan bahwa sebesar 30 persen investasi di deposito telah mendapatkan konfirmasi dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bahwa setiap dana yang ditempatkan di bank oleh calon jemaah haji dijamin oleh LPS per calon jemaah.
Sementara itu, Anggota Badan Pelaksana BPKH Sulistyowati mengatakan porsi kepemilikan saham BPKH saat ini memang terhitung besar apabila dilihat dari porsi kepemilikan. Akan tetapi, porsi kepemilikan besar itu menurutnya didapat karena BPKH mendapatkan hibah saham pengendali sebelumnya sebanyak 7,903 miliar saham atau setara dengan 77,42 persen.
Adapun BPKH menjadi pemegang saham Bank Muamalat setelah menerima hibah saham dari Islamic Development Bank (IDB), Bank Boubyan, Atwill Holdings Limited, National Bank of Kuwait, IDF Investment Foundation, dan BMF Holding Limited pada November 2021 sebanyak 7,903 miliar saham.
"Kami hanya mengeluarkan duit Rp1 triliun, tapi kami dapatkan aset yang hampir mencapai Rp60 triliun," ujarnya kepada Bisnis pada Jumat (4/11/2022).
Setelah right issue senilai sekitar Rp1 triliun itu, BPKH juga menempatkan dana melalui pembelian instrumen subordinasi dengan berbasis akad syariah sebanyak-banyaknya Rp2 triliun.
Kepala Badan Pelaksana BPKH saat itu, Anggito Abimanyu juga menuturkan bahwa investasi yang dilakukan pihaknya ke Bank Muamalat merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan penyelenggaraan ibadah haji.
Menurut Anggito, melalui kepemilikan Bank Muamalat, BPKH dapat menjangkau dan melayani lebih banyak calon-calon jemaah haji. Di sisi lain, BMI juga memiliki jaringan dan branding yang kuat di sektor perhajian, umrah, pembiayaan UMKM, serta pasar konsumen muslim.
Perkembangan Bank Muamalat Setelah BPKH Masuk
Di tengah mencuatnya isu investasi BPKH di Bank Muamalat, bank syariah tertua di Indonesia itu memang tercatat telah mengalami perbaikan kinerja keuangan sejak BPKH masuk.
Pembiayaan macet yang menggunung perlahan ditekan. Berdasarkan laporan keuangan per kuartal III/2022, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) mampu ditekan dari 4,94 persen per September 2021 menjadi 2,35 persen pada September 2022.
Akan tetapi, penekanan pembiayaan macet itu mesti dilakukan dengan menahan laju pembiayaan. Bank Muamalat tercatat mengalami penurunan penyaluran pembiayaan 32 persen yoy menjadi Rp10,31 triliun per September 2022.
Eks Direktur Utama Bank Muamalat, Achmad Kusna Permana sempat mengatakan bahwa seiring masuknya BPKH sebagai pemegang saham pengendali, perseroan terus berproses membangun infrastruktur. "Kita telah menjalankan proses baru, bangun infrastruktur," katanya dalam acara peresmian kerja sama pembiayaan haji khusus (Prohajj) dan umrah tahun lalu (22/11/2022).
Bersih-bersih Aset Bermasalah
Pada September 2021, Bank Muamalat menandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA untuk mengelola aset bermasalah senilai Rp10 triliun.
Terbaru, Bank Muamalat telah melelang aset berupa properti megah bernama The Maj Collection Hotel and Residences di Bandung, Jawa Barat. Apartemen milik mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan itu memang sudah lama bermasalah.
Berdasarkan informasi di situs Lelang Indonesia, Bank Muamalat melelang The Maj Collection Hotel and Residences dengan harga Rp314,2 miliar.
Sekretaris Perusahaan Bank Muamalat Hayunaji mengatakan bahwa informasi lelang tersebut benar dilakukan oleh Bank Muamalat. "Dapat kami sampaikan bahwa properti tersebut benar sedang dalam proses lelang oleh Bank Muamalat yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku," ujarnya kepada Bisnis.
Sementara itu, Bank Muamalat sendiri tercatat telah membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp31,61 miliar pada kuartal III/2022. Jumlah tersebut melesat 332 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp7,31 miliar.
Total aset perseroan mengalami pertumbuhan sebesar 15 persen yoy atau dari Rp52,06 triliun menjadi Rp59,77 triliun. Total ekuitas Bank Muamalat atau BMI juga tumbuh 31 persen yoy menjadi Rp5,21 triliun.
Dari sisi penghimpunan dana, total dana pihak ketiga (DPK) perseroan terpantau tumbuh tipis dari posisi Rp43,82 triliun pada September 2021 menuju Rp44,95 triliun tahun ini.
Beberapa rasio keuangan BMI juga menunjukkan perbaikan. Net operating margin (NOM), misalnya, naik menjadi 0,18 persen. Sementara itu, return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) masing-masing melaju ke level 0,09 persen serta 0,84 persen.